"Makan tengah malam bisa bikin gendut" adalah pernyataan yang tidak tepat. Untuk memahami mengapa pernyataan tersebut tidak tepat maka pertama-tama saya akan menjelaskan bagaimana 3 unsur makanan diproses dalam tubuh, apa itu BMR, dan akhirnya saya akan mengambil alasan mengapa pernyataan tersebut tidak tepat.
Tiga unsur utama makanan
Makanan mengandung tiga unsur utama, antara lain karbohidrat, protein, dan lemak. Ketiga unsur tersebut mempunyai manfaat masing-masing untuk tubuh kita. Kita ambil contoh lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan bahan bakar jangka-panjang, sebagai pelarut bagi penyerapan vitamin larut-lemak (vitamin A,D,E,K), penting dalam sintesis struktur membran sel, dan merupakan prekursor sintesis hormon (hormon steroid dan hormon sex). Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari, lemak merupakan unsur makanan yang memiliki stigma paling buruk, baik dikalangan muda hingga kalangan dewasa, terutama dalam segi estetika. Bagi kalangan muda, menjaga tubuh agar tetap kurus adalah suatu bentuk pernyataan diri untuk ingin tetap diterima dalam pergaulan. Bagi kalangan dewasa, pengurangan lemak yang drastis, bahkan hingga melakukan pemaksaan keluar makanan setelah dimakan (bulimia), dilakukannya untuk meningkatkan rasa percaya diri saat tampil di muka umum. Motivasi ini ternyata tidak tepat, sebab dari kondisi inilah yang memicu seseorang mengalami dampak dari kekurangan lemak tersebut. Bayangkan apabila tubuh kita kekurangan vitamin A, dimana kulit kita akan lebih bertanduk, fungsi penglihatan menurun, hingga terjadinya gangguan reproduksi akibat atrofi epitel germinal testis sehingga seorang pria bisa jadi sulit mendapatkan keturunan. Apabila kita kekurangan vitamin K, maka tubuh kita akan mudah sekali kehilangan banyak darah ketika diri kita terluka sebab faktor-faktor pembekuan darah di dalam plasma darah berkurang.
Apa yang terjadi dengan ketiga unsur tersebut di dalam tubuh kita?
Karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa dan diserap ke dalam darah untuk dibawa kel sel-sel tubuh agar diubah menjadi energi. Apabila energi yang dihasilkan dari glukosa sudah mencukupi sedangkan glukosa di dalam darah masih banyak, glukosa akan diubah menjadi lemak dan disimpan sebagai cadangan makanan. Tetapi, bila tubuh kehabisan glukosa untuk membentuk energi, maka cadangan lemaklah yang akan dipecah untuk membentuk energi. Dan apabila cadangan lemak tidak mencukupi kebutuhan tubuh maka proteinlah yang akan diubah dan dipecah untuk diubah menjadi energi. Lemak dalam makanan akan dipecah menjadi asam lemak dan monogliserol yang kemudian diserap ke dalam darah untuk membentuk struktur sel maupun untuk diubah menjadi hormon-hormon. Dan apabila jumlah yang diserap ternyata berlebihan maka kelebihan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak di perut, paha, pinggul. Pada protein, setelah unsur ini dipecah menjadi asam amino dan diserap tubuh ke dalam darah, asam amino akan dipakai tubuh untuk membentuk sel-sel tubuh mulai dari rambut, kuku, kulit, sel otot, sel sperma, dan lain-lain. Apabila jumlah protein ini melebihi kebutuhan, maka sisanya akan dimasukan ke dalam sel-sel tubuh sebagai protein dalam sel. Dan apabila tubuh kekurangan asam amino, maka protein sel inilah yang akan segera dipecah untuk mencukup kebutuhan tubuh.
Apa itu Laju Metabolik Basal?
Laju metabolik basal (basal metabolic rate, BMR) adalah salah satu dari tiga komponen yang menyusun pemakaian energi. BMR adalah sejumlah energi yang digunakan untuk menjalankan metabolisme basal, yaitu metabolisme yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari seperti metabolisme pada jantung, paru-paru, sirkulasi darah, hingga otak. Laju metabolik istirahat (resting metabolic rate, RMR) merupakan energi yang digunakan saat kita sedang istirahat. Jadi, sewaktu kita sedang istirahat atau tertidur, meskipun kita tidak sedang beraktivitas, organ-organ di dalam tubuh kita tetap bekerja. Kerja dari organ-organ tersebut, seperti jantung, paru-paru, otak sirkulasi darah, tetap membutuhkan energi. RMR membutuhkan sekitar 10-20% energi lebih banyak dari pada BMR akibat dari keterlamabatan efek aktivitas fisik dan efek termik makanan.
"Bagaimana bisa makan malam tidak bikin gendut?"
"kamu adalah apa yang kamu makan". Tubuh yang sehat ditentukan oleh makanan yang kita makan, tubuh yang mudah sakit juga ditentukan oleh makanan yang kita makan, tubuh yang gemuk juga ditentukan oleh porsi makanan kita sehari-hari. Dari filosofi inilah kita mecoba untuk menyadari jenis makanan apa yang kita makan, seberapa banyak porsi yang kita makan tiap kali makan, sudah lengkapkah unsur-unsur yang ada di dalamnya? Setelah kita menyadari makna dari kata-kata tersebut baru kita coba implementasikan dalam aktivitas makan tengah malam kita. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kita dapat menyimpulkan bahwa apabila tubuh kita dalam keadaan status gizi normal (tidak overweight maupun obesitas), maka kita diijinkan untuk makan tengah malam. Porsi yang dianjurkan adalah lebih sedikit dari makanan-makanan utama dalam satu hari (makan pagi, siang, malam) namun memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dari pada lemak dan protein agar tidak meningkatkan cadangan lemak, baik dari kelebihan glukosa tersebut maupun dari kandungan lemak makanan itu sendiri. Dengan prinsip cara makan yang seperti itu, tubuh kita tidak akan mudah menjadi gemuk meski kita sering makan tengah malam. Jadi, inilah makna dari "kamu adalah apa yang kamu makan", yaitu kita harus selalu dalam keadaan seimbang sebab tubuh merupakan manifestasi dari keseimbangan itu sendiri.
Daftar pustaka:
1. Katsilambros, Nikolaos, dkk. 2013. Asuhan Gizi Klinik. Jakarta: EGC.
2. Guyton AC, Hall JE. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC
Artikel ini ditulis oleh Christofer Sathya Wijaya Budi Sarwono-41150077
No comments:
Post a Comment