Salah satu penyebab kematian terbesar di dunia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit ini termasuk diabetes melitus, hipertensi, stroke, dan kanker. Tiap tahunnya, prevalensi penyakit-penyakit ini terus meningkat. Berdasarkan data WHO tahun 2014, sebesar 66% kematian akibat penyakit tidak menular terjadi di dunia, dengan angka kematian mencapai 38 juta jiwa setiap tahunnya, sedangkan di Indonesia sendiri, penyakit tidak menular menyebabkan tingginya angka kematian sebesar 71%.
Etiologi timbulnya penyakit tidak menular (PTM) ini tidak lepas perannya dari keberadaan radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh. Seperti yang kita ketahui, radikal bebas normalnya diproduksi dalam tubuh dari berbagai proses, termasuk berbagai metabolisme zat gizi dan hasil dari respon sistem kekebalan tubuh. Radikal bebas yang terbentuk secara berlebihan akan dinetralisir oleh antioksidan. Apabila terdapat ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan, maka timbullah penyakit tidak menular. Pencegahan yang dilakukan yakni memodifikasi perubahan perilaku termasuk perilaku diet makanan tinggi antioksidan, yaitu dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah. Salah satunya dengan meningkatkan konsumsi asupan karotenoid. Karotenoid merupakan antioksidan yang berfungsi sebagai radical scavenging antioxidant, yang bertugas melawan radikal bebas terutama singlet oksigen. Sebagian besar karotenoid tergolong larut lemak. Bioavailabilitas karotenoid dipengaruhi oleh proses absorpsi dan metabolisme karotenoid, faktor genetik, status gizi, jenis kelamin, penuaan, dan infeksi subjek.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahan pangan yang paling berkontribusi pada asupan total karotenoid adalah sayuran dan hasil olahannya (bayam, wortel, tomat merah), buah dan hasil olahannya (semangka, pepaya, jambu biji), umbi-umbian dan hasil olahannya (ubi jalar putih, ubi jalar kuning, ubi jalar merah), kacang-kacangan dan biji (tahu, biji melinjo, emping melinjo). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak mengonsumsi umbi, kacang-kacangan, biji dan hasil olahannya sedangkan perempuan lebih banyak mengonsumsi sayuran, buah dan hasil olahannya. Tempat tinggal juga berpengaruh pada asupan karotenoid, di perkotaan asupan terbesar karotenoid adalah kacang-kacangan, biji dan hasil olahannya. Sedangkan di pedesaan, asupan karotenoid terbesar adalah umbi, sayuran dan buah hasil olahannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan karotenoid di Indonesia masih rendah dan bervariasi sehingga asupan zat gizi masyarakat tergolong rendah. Asupan zat gizi rendah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti salah satunya konsumsi pangan yang berhubungan dengan faktor sosial, budaya, demografi, dan gaya hidup. Tak terkecuali dalam hal pemilihan makanan sehat dapat dipengaruhi oleh aspek kandungan gizi, status kesehatan, suasana hati dan harga.
Baca lebih lanjut di jurnal berikut ini :
Linda Riski Sefrina, Dodik Briawan, Tiurma Sinaga, Dewi Permaesih. Estimasi Asupan Karotenoid Pada Usia Dewasa di Indonesia. Jurnal Gizi Pangan, Vol 12, No.1, Maret 2017.
Artikel ini ditulis oleh Eunike Faralia Pradhita – 41150045
No comments:
Post a Comment