Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel abnormal tersebut untuk menyerang jaringan biologis disekitarnya, baik dengan pertumbuhan langsung (invansi) maupun menyebar ke organ yang jauh (metastasis). Bila seseorang terdiagnosa kanker, maka orang tersebut akan mengalami ketakutan, kecemasan, dan stress yang merangsang hormon katekolamin, yaitu hormon yang dapat menurunkan nafsu makan dimana penurunan ini akan diikuti oleh penurunan berat badan drastis yang akan berujung pada kejadian kakeksia, yaitu ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi yang meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, maka akan dapat menimbulkan masalah gizi, salah satunya adalah malnutrisi, meski malnutrisi juga dapat terjadi akibat efek samping dari terapi medis yang sedang dijalani. Terapi yang dijalani dapat menimbulkan mual, muntah, diare, penurunan nafsu makan, gangguan menelan, dan gangguang absorpsi serta gangguang psikologis seperti rasa cemas hingga frustasi bahkan putus asa. Selain itu, pasien kanker juga akan mengalami gangguan fisik yang dapat menurunkan asupan makannya sebagai efek samping terapi. Oleh karena itu, keluarga sangat dibutuhkan sebagai pendamping dalam hal psikologis, perawatan, dan pemberian asupan nutrisi pada pasien.
Makanan mempunyai peran penting sejak pasien terdiagnosa kanker, pelaksanaan pengobatan, hingga penyembuhan. Pada penderita kanker, kebutuhan gizi akan meningkat akibat proses keganasannya. Selain itu, pengobatan juga akan berjalan lebih baik jika pasien dalam keadaan status gizi baik. Penatalaksanaan makan pada pasien dapat meningkatkan berat badan dan protein tubuh . Meskipun tidak dapat mengembalikan status gizi secara sempurna, namun dapat menurunkan kerentanan pasien terhadap infeksi dan mengurangi gejala akibat efek samping pengobatan sehingga pengobatan dapat berlangsung sampai tuntas.
Pada penelitian terhadap 20 orang penderita kanker dalam 1 rumah sakit yang menggunakan kuisoner yang berisikan usia, jenis kelamin, jenis kanker, stadium kanker, jenis terapi; peran dukungan pendamping; dan lembar food frequency checklist dengan frekuensi makan harian (1 kali, 2 kali, dan 3 kali sehari) untuk mengetahui kebiasaan makan pasien yang terdiri dari jenis dan frekuensi makan, didapatkan hasil bahwa prevalensi kanker meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan kanker yang paling banyak menyerang pasien adalah kanker serviks serta 90% dari total pasien adalah perempuan. Selain itu, stadium yang paling banyak dialami adalah stadium 3, dan pengobatan yang sedang dijalani, 80%nya adalah radioterapi.
Untuk peran dukungan pendamping sudah termasuk baik dan cukup, dimana akan dikatakan baik bila dapat memenuhi kebutuhan pasien, terutama dalam pemenuhan nutrisi. Selain itu juga, pasien yang memperoleh dukungan keluarga yang baik akan memiliki nafsu makan yang baik. Makan bersama dengan pendamping pun dapat membuat pasien tidak merasa sendiri dan membuat pasien lebih nafsu makan.
Untuk jenis dan frekuensi makan akan diberi skor dan disesuaikan dengan kategori pada Health Eating Index. Sedangkan jenis karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi adalah nasi putih dimana karbohidrat berguna untuk mencegah pemecahan protein dalam tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan membantu metabolisme lemak dan protein. Jenis protein hewani yang paling sering di konsumsi adalah telur ayam dimana telur ayam merupakan sumber protein berkualitas tinggi dan kaya akan asam amino esensial. Kandungan tersebut akan dibutuhkan tubuh untuk proses penyembuhan, menggantikan jaringan yang rusak, dan membentuk sistem pertahanan tubuh. Sedangkan untuk protein nabati yang paling banyak dikonsumsi adalah tempe dan tahu dimana kacang-kacangan serta olahannya (seperti tahu dan tempe) merupakan sumber protein yang mengandung asam amino esensial namun tidak selengkap pada bahan hewani, maka konsumsinya harus beraneka ragam. Selain itu, tempe dan tahu yang merupakan olahan fermentasi kedelai dapat meningkatkan ketersediaan zat besi dimana zat tersebut sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kadar Hb agar dapat menjalani proses terapi dan meningkatkan keberhasilan terapi.
Untuk buah-buahan, yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang yang merupakan buah yang aman dikonsumsi, tidak menimbulkan gas, dapat menurunkan sembelit sebagai efek samping terapi, sumber vitamin B6 yang dibutuhkan untuk membuat serotonin dalam otak yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit dan membuat rileks serta mengurangi ketegangan. Dari segi sayur mayur, kangkung, sawi, dan wortel merupakan pilihan terbanyak dari pasien. Wortel kaya akan kandungan beta-karoten, vitamin C, asam folat, dan zat antioksidan. Selain iu, sayuran berdaun hijau seperti bayam dan kangkung mengandung Folic acid yang dikenal sebagai vitamin B9 yang bisa mencegah menyebarnya sel kanker sehingga membantu pengobatan kanker. Namun, sawi dapat menimbulkan gas dan sulit dicerna sehingga konsumsinya perlu dibatasi. Di samping kaya vitamin dan mineral, buah segar juga mengandung banyak cairan untuk melarutkan sisa metabolisme obat dan sel-sel kanker yang rusak atau mati akibat pengobatan. Selain itu, senyawa fitokimia yang ada dalam sayuran dan buah berfungsi untuk detoksifikasi, merangsang sistem kekebalan tubuh (imunitas), mencegah penggumpalan trombosit, meningkatkan pengenceran dan pengikatan zat karsinogen dalam usus, efek anti bakteri, serta antioksidan.
Konsumsi susu sapi memiliki frekuensi konsumsi harian paling sering. Susu dan hasil olahannya, seperti susu sapi, keju, dan yoghurt dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani dan energi dari karbohidrat dan lemak selama pasien kanker dapat menerimanya. Selain itu, jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah teh yang dapat membuat tubuh segar dan rileks karena kandungan teanin melepas neurotransmitter yang dapat memperbaiki mood. Namun, konsumsi teh sebaiknya dibatasi maksimal 2 cangkir dalam sehari karena teh mengandung asam thanat yang mudah bersenyawa dengan zat besi sehingga mengganggu penyerapan zat besi. Sedangkan pasien kanker membutuhkan asupan zat besi yang cukup untuk mempertahankan kadar Hb sebagai salah satu syarat untuk dapat menjalani terapi.
Baca lebih lanjut di jurnal berikut ini
Stefana Danty Putri Caesandri dan Sri Adiningsih; Peranan Dukungan Pendamping dan Kebiasaan Makan Pasien Kanker Selama Menjalani Terapi; Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 2 Juli–Desember 2015: hlm. 157–165 (http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MGI/article/download/3376/2417)
Artikel ini ditulis oleh Julia Elfreda Chandra - 41150022
No comments:
Post a Comment