Filosofi Makanan Menurut Daniel Ryan Utama Sinurat
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan dan minuman untuk mendapatkan energi dan supaya dapat mempertahankan hidupnya. Baik tumbuhan, hewan, maupun manusia sangat membutuhkan makanan dan minuman. Setiap makhluk hidup tersebut juga mempunyai suatu ciri khas pada bentuk tubuhnya sesuai dengan apa yang dimakannya. Seperti hewan karnivora memiliki gigi taring yang lebih tajam dibanding dengan gigi taring hewan herbivora. Hal ini dikarenakan hewan karnivora menggunakan gigi taringnya untuk dapat mencabik daging tersebut dengan baik.
"You Are What You Eat" adalah sebuat frasa yang mempunyai kiasan bermakna didalamnya. "Anda adalah apa yang anda makan" begitulah jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia. Seperti kata Jean Anthelme Brillat-Savarin dalam bukunya Physiology of Taste menyatakan bahwa makanan bukanlah semata-mata untuk pemenuhan ketika lapar, makanan juga erat kaitannya dengan psikis manusia.
Menurut penelitian Douglas & Islam pada tahun 2009 menemukan bahwa 50% dari 181 mahasiswa di salah satu universitas di Australia mengalami stres dan 55% diantaranya mengalami pola makan yang buruk. Peningkatan stress yang dialami ini juga berkaitan dengan perubahan lingkungan dan tempat tinggal, bertemu dengan orang-orang yang belum dikenal, serta hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan. Pada mahasiswa yang mengalami emotional distress akan melakukan usaha untuk mengurangi emosi negatif yang muncul dengan menggunakan strategi kognitif dan behavioral. Perilaku makan menjadi strategi behavioral untuk mengurangi perasaan tidak nyaman tersebut akibat emotional distress tersebut.
Dari penelitian Taylor pada tahun 2005, ditemukan bahwa faktor ekonomi, terutama pada status pendapatan dan harga makanan mempengaruhi perilaku makan. Selain itu, faktor lingkungan yang mencakup ketersediaan makanan dan lingkungan dapat mempengaruhi makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dengan faktor ketersediaan makanan tidak sehat seperti fast food dan junk food di lingkungan tempat mahasiswa beraktivitas serta faktor ekonomi mempengaruhi perilaku makan tidak sehat tersebut.
Menurut Tirta dkk pada tahun 2010, faktor psikologis seperti kecemasan, depresi, dan demensia berkontribusi dalam menentukan asupan makan dan zat gizi serta menyebabkan gangguan makan berupa nafsu makan berkurang atau meningkat. Pada keadaan depresi juga seseorang cenderung untuk lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebersihan, istirahat, dan kebutuhan makanan. Apabila asupan makan kurang akan mengakibatkan defisiensi zat gizi yang akan berakibat pada penurunan status gizi.
Oleh karena itu, kalimat "You Are What You Eat" bukanlah sekedar frasa tanpa makna dan makanan yang kita makan juga bukanlah sekedar pemenuhan rasa lapar. Dalam makna You Are What You Eat juga menjadi sebuah kalimat yang bermakna bahwa makanan yang kita makan juga ternyata memiliki keterkaitan dengan kondisi psikis seseorang seperti emotional distress atau depresi. Oleh karena itu kita dapat lebih peduli terhadap sesama kita apabila dalam dirinya mengalami perubahan pola makan yang buruk karena dari apa yang dimakannya tersebut merupakan cerminan dari kondisi psikisnya.
Sumber:
Douglass, L., Islam, M.R. 2009. Emotional Well-being of First Year University Students: Critical for Determining Future Academic Success. Non Refereed Paper.
Brillat, J.A , Savarin. 2009. Physiology of Taste: Or Meditations on Trancendental. Everyman's Library.
Taylor, S.F. 1995. Health Psychology, Third Edition. Singapura: McGraw Hill
Tirta M, Wirasto RT, Huriyati E. 2010. Status Stres Psikososial dan Hubungannya dengan Status Gizi Siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
.
Artikel ini ditulis oleh Daniel Ryan Utama Sinurat – 41150002
No comments:
Post a Comment