FILOSOFI MAKANAN MENURUT PRADIPTA BARARINDA
"You Are What You Eat" adalah slogan yang menarik untuk bersama-sama kita perbincangkan. Slogan ini memiliki banyak arti yang dapat dikatan ambigu atau memiliki dua atau lebih arti. Ada yang mengartikan bahwa apabila kita makan sesuatu maka seperti itulah diri kita secara mentah-mentah, contohnya apabila kita makan sapi, ya seperti sapi itu lah diri kita yang sebenarnya. Hal ini tentunya didukung oleh adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa ketika kita memakan darah hewan yang kita makan, maka lama-kelamaan sifat kita menjadi sama seperti hewan tersebut. Hal ini tentulah tidak salah bagi beberapa orang yang memang memercayai hal tersebut. Ada juga kepercayaan lain yang beranggapan bahwa apa yang kita makan sekarang dan yang telah kita makan dahulu akan menentukan kepribadian kita. Misalnya, orang vegetarian tidak suka makan makanan yang mengandung unsur hewani, sedangkan seorang pemburu sangat suka dengan makanan yang banyak mengandung unsur hewani. Oleh karena itu, banyak yang beranggapan bahwa orang vegetarian tidak memiliki sifat "ke-predator-an", sehingga seorang pemburu lebih dianggap agresif dan kasar dibandingkan dengan orang vegetarian. Hal ini tentu tidak dapat dikatakan benar atau salah karena belum ada penelitian yang pasti mengenai hal tersebut.
Kedua hal yang sudah disampaikan di atas sama-sama memiliki arti yang berbeda dan pastinya setiap orang juga memiliki persepsi yang berbeda mengenai hal tersebut. Lalu sebenarnya apa yang benar-benar dimaksud oleh slogan "You Are What You Eat"?
Sebagai mahasiswa kedokteran, saya memandang hal ini dengan pandangan yang berbeda dari beberapa kepercayaan di atas. Bagi saya, apa yang saat ini kita makan atau dahulu yang pernah kita makan tidak langsung mempengaruhi psikis kita secara langsung seperti yang dikatakan di atas. Bagi saya, makanan yang telah ataupun akan kita konsumsi adalah penentu dari seberapa besar derajat kesehatan kita di masa depan.
Masa depan kesehatan tubuh kita ditentukan oleh apa yang kita konsumsi dulu dan saat ini. Tak hanya itu, apa saja yang kita konsumsi kini turut menentukan kualitas manusia yang akan datang. Sayangnya, sebagian dari kita tidak sadar mengenai hal itu. Globalisasi pada zaman yang modern seperti dewasa ini telah mengubah pola perilaku masyarakat, terutama dalam konsumsi makanan. Hal ini membuat peningkatan kasus non communicable disease di Negara Indonesia makin mengkhawatirkan. Sejumlah penyakit yang beberapa dekade lalu banyak diderita orang lanjut usia kini sudah sering dijumpai menyerang kaum muda juga. Bagaimana tidak, zaman sekarang hampir semua makanan yang menjadi trend pada dewasa ini adalah makanan yang digoreng, tidak hanya digoreng tapi digoreng dengan minyak panas bersuhu tinggi, selain itu juga minyak-minyak tersebut tidak diganti tapi dipakai berulang-ulang. Hal ini tentunya tidak mungkin baik bagi kesehatan manusia.
Dengan kadar kolesterol normal (<190), risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler di usia 70 tahun hanya kisaran 10 persen. Namun, apabila kadar kolesterol berlebih (>300), risiko penyakit jantung dan pembuluh darah 30 persen terjadi di usia 40 tahun. (Soekirman)
Tiap makanan memiliki komposisi nutrisi berbeda, termasuk kandungan lemak. Pemilihan makanan apa yang dikonsumsi akan menentukan kadar lemak dalam darah kita. Ada empat jenis lemak, yaitu asam lemak jenuh, asam lemak trans, asam lemak tak jenuh ikatan tunggal, dan asam lemak tak jenuh ikatan ganda. Jenis lemak yang biasa disebut lemak jahat adalah asam lemak jenuh dan asam lemak trans. Apa itu asam lemak trans? "Salah satu sumber lemak trans ialah mentega keras. Mentega sebenarnya merupakan protein nabati bagus bagi tubuh, tetapi kandungan lemak trans naik saat produk olahan susu itu dipanaskan dan mengeras. Konsumsi lemak trans meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Dibandingkan mentega keras, mentega lunak memiliki kandungan lemak trans lebih rendah. Mentega lunak tetap lunak meski disimpan di tempat berbeda, seperti lemari es dan pada suhu kamar." (http://nationalgeographic.co.id).
Oleh karena itu, makan makanan yang banyak mengandung kolesterol adalah kesalahan. Memang makanan yang banyak mengandung kolesterol adalah makanan-makanan yang sedap di lidah. Namun ingat, biasanya yang sedap di luar itu belum tentu sedap di dalam. Sebaiknya mulai saat ini kita harus mau mengurangi konsumsi-konsumsi makanan yang mengandung banyak kolesterol dan bahan-bahan yang dianggap 'jahat' oleh tubuh. Karena hanya dengan mau menjaga pola makan dan memilih untuk mengonsumsi makanan yang sehat, niscaya masa tua kita tidak akan direpotkan oleh berbagai penyakit namun malah di masa tua mendatang, kita bisa menjadi semakin sehat dan dapat menjadi contoh bagi anak-anak dan cucu-cucu kita kelak.
Hal menarik adalah pengalaman saya hari ini tanggal 24 Agustus 2017 yaitu ketika saya mengikuti kuliah umum di fakultas saya. Materi yang dibicarakan adalah mengenai geriatri atau cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit-penyakit yang dialami oleh golongan lansia. Sebenarnya yang menarik bukanlah materi yang disampaikan, namun yang menarik adalah pembicara atau dosen yang mengajar saat kuliah umum tersebut sudah berumur 74 tahun. Namun, beliau sama sekali tidak memiliki keterbatasan fisik seperti yang mayoritas lansia dapatnya di masa hidupnya. Beliau menceritakan rahasianya bahwa selama beliau muda, beliau jarang sekali mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak maupun kolesterol. Beliau lebih menyukai mangonsumsi makanan yang bervitamin dan berserat tinggi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Hal ini cukup berbeda dengan kisah dari nenek saya yang semasa mudanya tidak pernah ingin hidup sehat. Beliau lebih menyukai mengonsumsi makanan yang berkolesterol dan meminum minuman yang mengandung banyak sekali gula seperti soft drink. Akhirnya, di masa tuanya beliau sangat menderita harus terkena penyakit diabetes (kencing manis) dengan komplikasi gagal ginjal. Kedua kisah ini makin meneguhkan saya bahwa slogan "You Are What You Eat" adalah penentu bagi masa depan kesehatan tubuh kita dan peningkatan kualitas hidup manusia.
SUMBER :
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya bagi Masyarakat. Direktorat JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Artikel ini ditulis oleh Pradipta Putramachristy Bararinda - 41150005
No comments:
Post a Comment