Filosofi Makanan Menurut Nathania Akira Susanto
"You are what you eat", slogan ini memberikan berbagai arti bagi saya pribadi tergantung dari bagaimana dan apa yang saya makan dalam waktu dekat. Slogan tersebut akan terasa mengintimidasi saya apabila saya membacanya sehabis saya makan makanan favorit saya yang kalorinya di atas 500 kalori. Dan pasti saya akan merasa sangat bangga untuk membaca slogan ini setelah saya seharian makan buah dan sayur serta naik treadmill selama dua jam.
Kata eat di situ merupakan center piece pada slogan itu. Sebuah kata yang bermakna ganda. Berlipat ganda. Tentu saja eat menurut saya merupakan kata yang poweful. Bahkan penulis novel dari "Eat Pray Love" pun menyematkan kata eat sebagai kata pertama dalam judul novelnya yang menjadi Best Seller Novel di Amerika Serikat.
Makanan bagi saya memiliki banyak fungsi. Ditinjau dari sisi fisiologis, makanan dapat memberikan nutrisi dan ibarat menjadi "pemandu sorak" bagi setiap sel yang melekat pada tubuh kita. Makanan yang sehat, yang memiliki nilai gizi yang baik akan menjadi pemandu sorak yang berteriak lebih keras dan membuat sel-sel di tubuh kita bekerja dengan lebih semangat. Tiap kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan sebagainya membentuk formasi seperti pemandu sorak lalu mendukung kerja dari organ di tubuh kita. Maka, outcome-nya akan menjadi baik. Begitu pula dengan sebaliknya.
Kalau dari sisi spiritual dan psikologis, makan dan makanan juga dapat ikut mengisi jiwa. Seperti saat kita makan es krim Mc Donalds yang sudah saya inginkan sejak lama karena semua teman-teman sudah upload di Instastory, saya merasa wajib dan diharuskan untuk mencobanya (padahal rasa es krim nya biasa sekali). Rasa penasaran dan kekepoan saya mempengaruhi presepsi dan perasaan saya terhadap makanan tersebut. Contoh lain, apabila saya memakan keripik jagung kesukaan saya pada waktu saya stress dan kemudian saya merasa jauh lebih baik setelah itu. Orang vegan juga pasti akan merasa sangat bersalah setelah mereka memakan daging, walaupun misalnya daging tersebut tidak akan mempengaruhi kondisi fisik dan kesehatannya. Saya jamin, orang yang membaca paragraf ini, sedikit banyak, pasti pernah berelasi dengan pengalaman serupa.
Nah, maka dari itu bagi saya pribadi, setelah saya kontemplasikan, "You are what you eat" adalah chain reaction atau reaksi berantai antara berbagai sisi. Makanan yang sehat, bersih dan bernutrisi akan mendukung semua sel tubuh untuk bekerja lebih baik yang pada kelanjutannya membuat tubuh menjadi sehat. Pada waktu ini, maka kondisi psikologis kita tentu akan pada tingkat yang lebih baik karena tidak harus meratapi dan mencemaskan masalah kesehatan. Reaksi berantai ini masih akan relevan bila sisi psikologis terjadi duluan, atau misalkan ada sisi lain yang dilibatkan, dan yang bersifat baik negatif maupun positif. Faktor-faktor eksternal lain jelas saja ikut andil bagian di dalam reaksi ini. Gaya hidup, pola tidur, olahraga, dan lingkungan dapat memberikan efek yang peranannya tidak kalah penting. Menjadikan slogan "you are what you eat" ini yang melibatkan berbagai sisi ini sesuai dengan cerminan kita sebagai manusia, kompleks dan dinamis.
Artikel ini ditulis oleh Nathania Akira Susanto - 41150009
No comments:
Post a Comment