FILOSOFI MAKANAN MENURUT TIVA PRABOWO
"You are what you eat", merupakan suatu ungkapan yang dipopulerkan oleh Hipocrates dari Yunani. Munculnya kalimat ini bermula ketika beliau mengamati banyaknya orang yang jatuh sakit pada masanya akibat pola makan dan jenis asupan makanan yang tidak terjaga dengan baik. Namun, ada juga yang mengartikan bahwa ungkapan "You are what you eat" berkaitan dengan kepribadian seseorang. Sebagai makhluk hidup tentu saja kita membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Nah, jenis makanan yang kita pilih menggambarkan bagaimana kepribadian kita sebenarnya. Contohnya, bagi mereka yang menyukai fastfood atau makanan cepat saji digambarkan sebagai pribadi yang praktis dan suka menjalani hidup dengan cara yang ringkas. Vegetarian, digambarkan sebagai seseorang yang suka pilih-pilih atau selektif, telaten, serta berhati-hati. Sedangkan orang-orang yang suka makan tanpa mengatur pola makan, jenis asupan apa yang dipilih, tidak memikirkan kehigienisan makanan, serta cenderung serabutan asalkan kenyang merupakan orang yang tidak peduli, serta tidak berpikir panjang.
Dilihat dari sisi hewan, herbivora cenderung beranggotakan hewan-hewan yang tidak buas dan kalem. Sebalikanya, karnivora atau sang pemakan daging biasanya beranggotakan hewan-hewan liar dan buas. Sebenarnya "You are what you eat" dapat memiliki beragam makna tergantung dari sudut pandang setiap orang yang melihatnya. Namun saya lebih setuju untuk menggambarkan bahwa apa yang kita makan menentukan bagaimana kondisi hidup kita sebagai manusia dalam jangka waktu kedepan. Sayangnya banyak yang tidak menyadari hal itu karena globalisasi telah mengubah pola perilaku masyarakat terutama dari segi konsumsi makanan. Hal inilah yang menyebabkan kasus penyakit akibat pola atau gaya hidup di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Yang lebih menyedihkan lagi, penyakit-penyakit ini bukan hanya menyerang kaum yang sudah lanjut usia namun sudah banyak juga menyerang kaum muda.
Salah satu contoh kasus yang dapat kita ambil adalah penderita kolesterol. Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan, prevalensi stroke naik dari 0,83 persen (2007) menjadi 1,21 persen (2013) dan hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen (2013). Hal itu terkait kadar kolesterol dari konsumsi makanan yang tinggi kadar lemak jahat. Bagaimana tidak? Contoh saja dapat kita lihat sehari-hari dari para pelajar hingga pekerja kantoran dalam memilih cemilan banyak yang membeli gorengan karena dianggap enak dan praktis. Belum lagi membeli masakan padang yang cenderung hampir semuanya mengandung santan karena juga dianggap makanan yang dapat secara cepat disajikan dan memang memiliki rasa yang sangat nikmat, ditambah lagi kurangnya konsumsi air putih karena cenderung memilih minuman dengan rasa manis yang tentunya mengandung sejumlah gula. Kebiasaan tersebut dianggap wajar dan seperti sudah menjadi budaya, khususnya di Indonesia.
Memang sangat sulit untuk merubah gaya hidup melalui pola makan kita, apalagi jika kita harus berkorban bagi lidah namun memenangkan tubuh. Kita harus belajar disiplin dari sejak dini untuk tidak memanjakan lidah kita. Karena jika kebiasaan ini tidak diubah dari sekarang, tak heran jika "budaya" ini akan menjadi hal yang diwariskan turun temurun bagi generasi yang akan datang hingga menyebabkan angka kasus penyakit akibat pola makan tidaklah turun dan malah meningkat. Memang usia ada di tangan Tuhan, namun akan lebih baik jika kita memelihara tubuh kita agar tidak menderita di kemudian hari. "You are what you eat", menunjukkan seberapa besar kita menghargai hidup dan tubuh kita, serta tanggung jawab atas jasmani yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). 2013
Artikel ini ditulis oleh Tiva Ismadyanti C.Prabowo - 41150035
No comments:
Post a Comment