Friday, August 25, 2017

Filosofi Makanan Menurut Velica Yunus

You are what you eat – kalimat ini sering sekali terdengar di telinga kita atau kita lihat terpampang pada iklan-iklan di media sosial dan di internet. Namun, hanya segelintir orang yang pernah memikirkan secara mendalam apa sebenarnya maksud dari frasa berbahasa Inggris ini.
Setelah saya melakukan penelusuran melalui internet, saya akhirnya mendapatkan melalui Wikipedia bahwa frasa ini pertama kali dikemukakan oleh Jean Anthelme Brillat-Savarin, seorang pengacara dan politisi berkebangsaan Prancis. Di samping profesinya sebagai pengacara dan politisi, Jean Anthellme Brillat-Savarin juga mempelajari ilmu kimia dan kedokteran sehingga dalam kehidupannya beliau juga merupakan seorang pengamat kesehatan manusia, khususnya pada bidang kuliner. Salah satu pengaruh terbesar Jean Anthelme Brillat-Savarin dalam sejarah kuliner adalah ketika beliau menulis buku yang berjudul Physiologie du Gout, ou Meditations de Gastronomie Transcendante (yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul Physiology of The Taste) pada tahun 1826 mengenai kuliner. Di dalam buku ini beliau mengemukakan suatu statement yang jadi mendunia dan sampai sekarang masih sering kita dengar dikumandangkan, yaitu "Dis-moi ce que tu manges, je te dirai ce que tu es." [Tell me what you eat and I shall tell you what you are], yang saat ini lebih familiar kita dengar sebagai frasa you are what you eat. Hingga saat ini The Physiology of Taste merupakan salah satu buku yang paling terkenal yang pernah ditulis dalam sejarah kuliner dunia.
Membaca sekilas tentang sejarah frasa ini membuat saya menjadi tertarik untuk mendiskusikan apa makna dari frasa ini menurut pandangan saya. Menurut www.phrases.org.uk frasa ini diartikan bahwa jika anda ingin hidup dengan sehat maka anda harus mengkonsumsi makanan yang sehat pula. Menurut saya pribadi, arti dari frasa you are what you eat ini memang tidak dapat dipungkiri bahwa benar apa yang kita makan adalah bagian dari diri kita atau membentuk diri kita. Setiap hari sel-sel tubuh kita beregenerasi dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah tua dan rusak dengan sel-sel muda yang baru. Tubuh kita mampu melakukan semua proses ini secara otomatis tanpa kita perintah asal zat-zat yang dibutuhkan untuk melakukan metabolisme tersedia dengan baik. Sebagai contoh yang paling menyolok, sel-sel tubuh kita membuat dan mengganti kulit kita setiap sekitar 35 hari dengan menggunakan zat-zat yang kita peroleh dari makanan (Sherwood, 2015). Zat yang kita makan ini akan mempengaruhi warna kulit kita, kadar kelembaban kulit kita, bahkan sampai mulus atau tidaknya kulit kita, dimana kulit merupakan salah satu dari citra diri kita yang kita presentasikan kepada khalayak. Itulah yang membuat mengapa kita adalah hasil dari makanan yang kita konsumsi, karena makanan tersebut mempengaruhi bagaimana kita dipandang melalui citra diri yang kita presentasikan.
Saya sering mendapati di sekitar lingkungan hidup saya bahwa orang yang penampilannya kurang terawat atau penampilannya terlihat kusam, lesu, bahkan sampai hal-hal yang bersifat stigmatis disangkut-pautkan dengan kebiasaan makannya dan apa yang dia makan. Ketika seseorang dengan penampilan berantakan atau dengan masalah berat badan pasti orang-orang akan langsung memberikan cap bahwa apa yang dia makan adalah hal-hal yang tidak baik, seperti junk food atau mungkin sering mengkonsumsi makanan yang tidak bersih sehingga menjadi cacingan dan kurus. Sedangkan orang yang terlihat selalu segar dan menarik akan selalu dikaitkan dengan konsumsi makanannya yang baik dan teratur. Sebenarnya sangat dangkal untuk menilai diri seseorang hanya dari apa yang dia makan sehari-hari saja karena pasti banyak factor lain yang mempengaruhi citra dirinya yang tampak secara fisik, seperti contohnya adalah keadaan psikologisnya.  Kita tidak bisa langsung mengambil kesimpulan bahwa ketika penampilan seseorang kurang teratur maka orang tersebut adalah orang yang kebiasaan makannya buruk. Namun demikian, tetap tidak dapat dipungkiri bahwa apa yang terlihat dari luar akan selalu memberikan first impression bagi orang yang mengamatinya sehingga orang sering pula melontarkan pendapat seperti "Jika dia tahu mana yang baik kenapa tidak melakukan hal yang baik?" atau "Jika dia tahu makanan yang dia konsumsi membuat penampilannya menjadi tidak menarik dan tubuhnya menjadi tidak sehat mengapa tidak mengkonsumsi makanan yang sehat?".
Selain itu, you are what you eat ini juga dapat membangun body image seseorang atau "gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya" (Honigman dan Castle dalam Julianti, 2015). Oleh karena itu, orang yang memiliki kesadaran terhadap apa yang dia konsumsi dapat dengan mudah membentuk body image-nya dibandingkan dengan orang yang masih belum paham apa yang sesungguhnya setiap hari dia konsumsi, apakah makan menurutnya hanya sekedar untuk mengatasi lapar dan memperoleh energy saja, atau makan dapat dijadikan pilihan untuk membangun self esteem terhadap body image-nya, bukan hanya untuk pribadinya saja namun juga untuk citra dirinya di lingkungan kehidupannya sehari-hari.
Maka dari itu, jelas menurut saya bahwa frasa you are what you eat memang memiliki arti apa yang kita makan adalah bagian dari diri kita karena makanan yang kita konsumsi menggambarkan diri kita bukan hanya dari segi physical appereance saja tetapi juga dari segi psikologis dan habitual atau kebiasaan hidup.

Daftar Pustaka
Jean Anthelme Brillat-Savarin. (2017). En.wikipedia.org. Retrieved 24 August 2017, from https://en.wikipedia.org/wiki/Jean_Anthelme_Brillat-Savarin#Writings
Martin, G. (2017). 'You are what you eat' - the meaning and origin of this phrasePhrasefinder. Retrieved 24 August 2017, from http://www.phrases.org.uk/meanings/you-are-what-you-eat.html
 Julianti, J. (2015). Hubungan antara Body Image degan Self Esteem Remaja Putri yang Aktif dalam Perilaku Gymnastic. BINUS UNIVERSITY.
Sherwood, L. (2015). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (8th ed.). Jakarta : EGC.

Artikel ini ditulis oleh Velica Kressentia Yunus - 41150093

No comments:

Post a Comment

Ikutilah Jalan Orang Baik dan Orang Benar

Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Amsal 2:20 TB