Status gizi pada bayi merupakan suatu indikator tolak ukur untuk menilai tingkat tumbuh kembang bayi. Untuk menilai status gizi ada 3 faktor utama yaitu pemberian ASI eksklusif, tingkat pendidikan dari ibu dan status ekonomi keluarga.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara 3 faktor utama dengan status gizi pada bayi di wilayah kerja puskesmas Padang Pasir, Sumatera Barat.
Dalam pembangunan nasional, banyak faktor faktor yang mempengaruhi. Salah satu faktornya adalah tingkat SDM yang ada di Negara ini. Tingkat SDM ini merupakan salah satu syarat utama dalam kemajuan pembangunan nasional. Salah satu faktor yang sangat menunjang dari SDM adalah status gizi dari SDM tersebut. Masalah yang ada untuk status gizi ini multifaktoral, sehingga tidak bisa hanya dengan pendekatan medis untuk mengatasinya.
Pada suatu bangsa, anak adalah generasi penerus dari pembangunan nasional. Anak ini merupakan SDM yang penting sebagai generasi masa depan. Pada pertumbuhan anak gizi sangatlah berperan penting. Gizi yang baik akan membentuk pertumbuhan anak dengan baik. Salah satu nutrisi penting untuk pertumbuhan anak terutama pada usia 6 bulan adalah gizi.
Masalah gizi yang ada di Indonesia ini ada 2. Masalahnya yaitu kelebihan gizi dan kekurangan gizi. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan masalah gizi ini. Kasus kekurangan gizi bisa disebabkan oleh faktor tingkat kemiskinan, tingkat konsumsi pangan, sanitasi yang tidak baik, pengetahuan seputar gizi yang sangat rendah, daerah dengan masalah miskin gizi. Sementara untuk faktor yang dapat menyebabkan kelebihan gizi adalah tingkat ekonomi yang tinggi, perubahan social dan tingkat pengetahuan yang rendah. Masalah gizi yang ada di Padang Pasir ini yaitu 33 kasus gizi buruk, 226 gizi kurang dan 43 gizi lebih.
Pada penelitian kali ini, metode yang digunakan adalah survey deskriptif dalam bentuk rancangan studi potong lintang (Cross Setional). Populasi penelitian kali ini adalah ibu ibu dan bayi yang ada di kelurahan kelurahan yang ada di puskesmas Padang Pasir. Subjek penelitiannya adalah 107 bayi yang dipilih secara acak. Variabel dependen penelitian ini adalah status gizi bayi yang diukur dengan metode BMI standar WHO. Variabel independen nya adalah pemberian ASI eksklusif, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga.
Penelitian ini dilaksanakan di 3 kelurahan yang ada di wilayah kerja puskesmas Padang Pasir. 3 kelurahan ini meliputi kelurahan Flamboyan, kelurahan Olo dan kelurahan Berok. Responden yang dominan untuk percobaan ini adalah ibu ibu dengan rentang usia 20-30 tahun, dengan dominan tingkat pendidikan SMA, dan pekerjaan dominan sebagai buruh. Bayi yang menjadi sasaran penelitian memiliki usia rentang 6-12 bulan.
Untuk hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi berdasarkan table pada jurnal didapati hasil status gizi bayi dengan ASI 80% normal, dan status gizi bayi tanpa ASI 82.5%. Uji analisis statistic dengan Chi Square didapati hubungan pemberian ASI dengan status gizi bayi diperoleh nilai p>0,05 (p= 0,752) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistic antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi. Faktor yang menyebabkannya antara lain waktu memulai ASI yang tidak tepat dan adanya makanan pendamping selain ASI yang bisa memberikan nutrisi lebih bagi bayi.
Untuk hubungan tingkat pendidikan ibu dan status gizi bayi, hasil menunjukan jumlah bayi dengan status gizi normal pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi senilai 82.9% dan bayi dengan status gizi normal pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah senilai 80%. Berdasarkan uji analisis statistic mengguanak rumus Chi Square antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi bayi didapati nilai p>0.05 (p=0.768) sehinggaa dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi bayi. Faktor yang perpengaruh adalah tingkat pendidikan yang didapat hanya berdasarkan pendidikan formal, sementara tingkat pemahaman ibu tentang gizi tidak di teliti. Ibu dengan tingkat pendidikan SD ilmu pengetahuan tentang gizinya rendah, namun tidak berarti ibu tidak memahami cara menyusun asupan makanan yang baik bagi bayi. Informasi yang terkait gizi dapat didapat dari penyuluhan dan informasi informasi.
Untuk hubungan status ekonomi dengan status gizi, bayi dengan status gizi normal pada tingkat ekonomi tinggi senilai 83,7%, sedangkan pada tingkat rendah senilai 76,2%. Berdasarkan analisis statistic antara status ekonomi dan status gizi bayi senilai p>0.05 (P=0.524) sehingga tidak terlihat ada hubungan yang bermakna antara status ekonomi dengan status gizi bayi. Tingkat ekonomi pada penilitan kali ini hanya menghitung perkapita bulanan yang didapat, tidak menghitung alokasi keuangan untuk pemenuhan asupan makanan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah menurut statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pemberian ASI eksklusif, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga.
Baca lebih lanjut jurnal berikut ini :
Aisyah Nilakesuma, Yusri Dianne Jurnalis, Selfi Renita Rusjdi ; Hubungan Status Gizi Bayi dengan Pemberian ASI Eksklusif, Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015 : 4 (1).
Link : http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/184/179
No comments:
Post a Comment