Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besar wilayahnya tersusun atas lautan. Potensi inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah, khususnya beragam spesies ikan yang dapat dikonsumsi. Ketersedian beragam spesies ikan ini justru menguntungkan bagi bangsa Indonesia terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan protein penduduk Indonesia. Namun, faktanya penduduk Indonesia memiliki tingkat konsumsi ikan yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia dan Singapura. Rendahnya konsumsi ikan perkapita di Indonesia berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber protein hewani. Kondisi ini dapat berakibat pada transisi epidemiologi yang menimbulkan masalah gizi ganda (double burden of comunicable and non-comunicable disease).
Masalah gizi ganda di Indonesia, khususnya kelompok dewasa di atas 18 tahun didominasi oleh kaum wanita. Fakta ini menunjukkan bahwa wanita dewasa seharusnya mendapat perhatian khusus terkait penanganan masalah gizi ganda karena berperan penting dalam upaya pencegahan penyakit kronis bagi dirinya dan generasi mendatang. Oleh karena itu, pola diet yang tepat dan seimbang sangat dibutuhkan oleh kaum wanita di Indonesia. Sejak tahun 1994, Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PGUS) yang targetnya untuk menurunkan masalah gizi ganda, khususnya pada wanita dewasa. Salah satu caranya yaitu dengan konsumsi protein hewani terutama yang berasal dari ikan.
Ikan sebagai sumber pangan hewani memiliki kandungan gizi yang sangat baik, misalnya protein sebagai sumber pertumbuhan, asam lemak omega 3 dan 6 yang bermanfaat bagi kesehatan ibu dan pembentukan otak janin, serta vitamin dan mineral yang mempengaruhi metabolisme ibu dan janin. Selain itu, konsumsi ikan memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap pemenuhan zat gizi pangan hewani yaitu sebanyak 19,1 g/hari atau 82% dari total asupan protein hewani per harinya. Sekadar informasi, berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang tahun 2014 menganjurkan wanita dewasa untuk mengonsumsi pangan hewani sebanyak 120g/hari sebagai penyumbang protein dengan mutu gizi yang tinggi.
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, konsumsi ikan penduduk di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti status perkawinan dan status ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian penulis, wanita dewasa yang sudah menikah memiliki peluang 1,13 kali lebih tinggi mengonsumsi ikan dan diet yang lebih baik dibandingkan wanita yang belum menikah. Selanjutnya, wanita dewasa dengan status ekonomi menengah hingga tinggi berpeluang mengonsumsi 1,1 kali ikan lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dengan status ekonomi rendah. Berdasarkan hasil studi di atas menunjukkan bahwa karakteristik sosial demografi mempengaruhi pemilihan makanan dan keseluruhan kualitas diet (Ervin, 2011).
Informasi Tambahan
Judul artikel asli :
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ikan pada wanita dewasa di Indonesia
Nama Jurnal :
JPHPI 2015, volume 18 Nomor 1
Penulis :
Nurjannah, Taufik Hidayat, Silvia Mawarti Perdana
Tahun terbit :
2015
Link jurnal : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77504
Artikel ini ditulis oleh Aditya Bombing-41150048
No comments:
Post a Comment