Ringkasan Jurnal Gizi oleh Alvin Kurniawan
Stunting adalah sebuah kumpulan kondisi patologis yang terjadi pada anak dan kondisi tersebut memiliki ciri utama retardasi/hambatan pertumbuhan tinggi badan disertai kondisi komplikasi yang meningkatkan angka kejadian morbiditas, mortalitas, dan risiko penyakit metabolik pada masa dewasa, serta menurunkan kualitas pertumbuhan sistem saraf dan kemampuan produktivitas ekonomi seseorang. Untuk saat ini, kondisi stunting merupakan bentuk kekurangan nutrisi paling umum di seluruh dunia. Diperkirakan sekitar 165 juta anak-anak dengan umur di bawah 5 tahun menderita kondisi stunting. Secara umum, kondisi stunting dinyatakan jika seorang anak mendapatkan nilai perbandingan antara tinggi badan dengan usia (HAZ) sama dengan atau kurang dari -2.
Setelah bertahun-tahun terjadi, organisasi WHO telah menjadikan permasalahan fenomena stunting menjadi salah satu fokus utama masalah gizi yang harus ditanggulangi. Hasil pertemuan Ambitious Health Assembly menargetkan penurunan angka kejadian stunting hingga 40% pada anak-anak di seluruh dunia. Negara-negara terletak di benua Afrika masih memiliki angka kejadian anak stunting sebesar 40% pada sensus tahun 2010. Negara- Negara Asia telah berhasil menurunkan angka kejadian anak stunting dari angka 40% menjadi 28% dalam rentang waktu 1990-2010.
Kondisi stunting mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan manusia mulai dari fase fetal, bayi, anak-anak, dan dewasa. Patomekanisme kondisi stunting terjadi dalam bentuk pola lingkaran/siklik. Secara umum, pola kondisi stunting dimulai dari ibu hamil yang mengalami kondisi utama stunting maupun komplikasinya tetapi pola patomekanisme kondisi stunting dapat terjadi dari titik lain.
Proses pertama patomekanisme stunting terjadi pada fase fetal. Proses pertumbuhan dan perkembangan fetus mengalami hambatan karena adanya gangguan yang terjadi pada ibu (faktor maternal) berupa ketidakcukupan asupan gizi ibu, adanya riwayat infeksi intrauterus, adanya riwayat infeksi sistemik, dan pengaruh toksik dari pencemaran lingkungan. Kumpulan gangguan pada faktor maternal berpengaruh langsung terhadap kondisi bayi saat lahir.
Fase kedua kondisi stunting langsung terjadi pada bayi. Bayi yang mengalami kondisi stunting dapat dikenali lewat hasil pengukuran berat badan rendah/ Berat Badan Lahir Rendah, prematuritas, lingkar kepala atas berdiameter kecil, dan adanya kondisi hiperinsulinemia. Fase bayi stunting masih dapat merespons terapi sehingga bayi dapat tumbuh normal. Faktor eksternal lain seperti mengenalkan makanan non-ASI lebih awal (<6 bulan umur bayi), kondisi sanitasi lingkungan buruk, kondisi infeksi berulang, paparan bahan toksik, depresi maternal, dan pola asuh buruk mampu memperburuk kondisi stunting bayi.
Fase ketiga terjadi ketika bayi tersebut telah menjadi anak berumur 2 tahun. Anak umur 2 tahun menderita kondisi stunting akan mengalami gejala utama dari kondisi stunting berupa retardasi pertumbuhan tinggi badan serta kondisi komplikasi penyerta berupa peningkatan angka morbiditas dan mortalitas akibat kondisi kesehatan buruk, tertundanya pertumbuhan motorik dan kognitif. Pada fase anak, kondisi stunting telah menampakkan dampak langsung terhadap kondisi kesehatan anak sehingga anak stunting sulit untuk tumbuh normal. Jika anak stunting mendapatkan nutrisi cukup, pada masa sekolah anak stunting berisiko mengalami kondisi overweight disertai peningkatan rasio berat badan dengan tinggi badan (WAZ to HAZ). Jika anak stunting tidak mendapatkan nutrisi cukup, pada masa sekolah anak stunting akan tetap mengalami retardasi pertumbuhan tinggi badan dan hanbatan belajar selama masa sekolah.
Fase keempat kondisi stunting terjadi berdasarkan adekuatnya asupan nutrisi. Saat anak mampu mendapatkan asupan nutrisi mencukupi, anak tersebut mampu bertumbuh hingga menjadi dewasa. Risiko dari fase dewasa menderita kondisi stunting adalah kondisi tinggi tubuh tergolong pendek (stunted), adanya kondisi obesitas disertai peningkatan risiko terjadinya hipertensi, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Anak-anak stunting yang tidak mendapatkan asupan nurtisi mencukupi rentan mengalami kondisi tinggi badan pendek, stamina fisik buruk, dan tingkat kecerdasan rendah. Ketiga kondisi tersebut pada akhirnya mengakibatkan menurunnya kemampuan orang dewasa stunted untuk bekerja dan pada akhirnya orang dewasa stunted tidak dapat bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari.
Kondisi ekonomi buruk dari orang dewasa stunted dapat langsung mempengaruhi kondisi kehidupan sehari-hari. Jika orang dewasa stunted memilih hidup berkeluarga, maka anak-anak dari orang dewasa menderita stunting akan berisiko tinggi mewarisi kondisi orang tua mereka. Pola patomekanisme tersebut terjadi secara melingkar tanpa henti jika tidak terdapat penanganan.
Berdasarkan hasil studi Institusi Lancet, tindakan intervensi memerangi kondisi stunting bisa dilakukan lewat pemberian paket intervensi nutrisi berupa pemberian suplemen nutrisi asam folat, kalsium, vitamin A, mikronutrien multiple (khususnya zinc), dan suplemen energi berimbang. Pemberian paket intervensi nutrisi tersebut diberikan beserta program ibu menyusui jangka waktu >6 bulan, dan manajemen malnutrisi dini.
Informasi lebih lengkap mengenai ringkasan jurnal ini dapat dilihat pada keterangan di bawah ini:
Andrew J. Prendergast, Jean H. Humphrey. The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics and International Health 2014. 34(4): 250-265. doi : 10.1179/2046905514Y.0000000158.
Artikel ini ditulis oleh Alvin Kurniawan 41150004.
No comments:
Post a Comment