Ringkasan Jurnal Gizi oleh Chatarina Triskawardani Kusumaningrum
Diabetes Melitus Tipe II telah menjadi sebuah pernyakit yang telah menyebar luas di masyarakat. Tidak hanya di negara maju, di negara berkembang pun sudah terkena penyakit ini. Diabetes merupakan penyakit gaya hidup yang biasanya menyerang lansia ataupun dewasa paruh baya dimana pencegahan dan tatalaksananya sangat ditekankan pada edukasi nutrisi dan olahraga pasien. Glukosa yang tidak terkontrol disebabkan karena kurangnya pengetahuan nutrisi dan susahnya dalam mendapatkan sumber makanan tersebut.
Pada artikel ini di lakukan eksperimen mengenai ke intensivitas edukasi nutrisi pada individu paruh baya yang berumur 50-65 tahun selama 30 hari di daerah China. Sebanyak 200 peserta diambil yang akhirnya setelah seleksi menjadi 196 orang dengan kriteria Diabetes Melitus tipe II, Kriteria tersebut adalah fasting plasma glucose (FPG) ≥7.0 mmol/L, 2-h postprandial blood glucose (PG) ≥11.1 mmol/L, and glycated hemoglobin (HbA1c) >7%. Apabila peserta mengkonsumsi obat penurun glukosa masih bisa masuk dalam kategori asalkan penggunaan obat stabil. Tetapi apabila pasien memiliki penyakit komplikasi tidak dimasukkan dalam kriteria. 196 partisipan dibagi menjadi dua kelompok, kelompok edukasi nutirisi intensive dan kelompok edukasi biasa, dimana kelompok edukasi biasa digunakan sebagai kontrol yang diberikan nasihat dasar diawal dan diakhir eksperimen dan diperbolehkan makan sesuai diet yang cocok untuk partisipan. Berbeda dengan kelompok intensif dimana diharuskan tinggal 1 bulan bersama dengan partisipan lain, pemberian ceramah intensif setiap pagi, makan dengan menu yang sama yang diawasi oleh pelaksana namun masih diperbolehkan melakukan kegiatan sehari-hari dan boleh berolahraga sesuai yang di inginkan.
Pengambilan hasil data berdasarkan Chinese Diabetes Knowledge Quisionaire yang telah disetujuai. Kuisioner tersebut bertanya tentang diagnosis, komplikasi, diet seimbang dan kemampuan managemen diri dari diabetes melitus. Selain itu dilihat berat badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), Gula Darah Puasa (GDP), Gula darah sewaktu (GDS), HB1Ac, Total Gliserin (TG), Total Kolestrol (TC), High-density lipoprotein cholesterol (HDL-c), dan low-density lipoprotein cholesterol (LDL-c). Setelah 30 hari akhirnya dibandingkan antar 2 kelompok, dari hasil didapati GDP, GDS dan Hb1Ac kelompok edukasi intensif turun secara signifikan dibanding kelompok edukasi biasa. Hb1Ac didapati turun 0,6% secara signifikan dibanding kelompok kontrol. Namun tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok mengenai perubahan lipid di dalam darah. Ditemukan pada kedua kelompok berat badan dan IMT yang turun namun tidak signifikan.
Dapat disimpulkan Edukasi nutrisi secara intensif memberikan efek yang signifikan terhadap gula darah di orang paruh baya yang memiliki penyakit diabetes melitus tipe 2. Dimana edukasi intensif dapat memperbaiki kebiasaan diet dan peningkatan olahraga yang dilakukan, dimana hal tersebut sangat penting bagi pasien diabetes baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Baca lebih lanjut di jurnal berikut ini:
Li Y, Xu M, Fan R, Ma X, Gu J, Cai X, Liu R, Chen Q, Ren J, Mao R, Bao L, Zhang Z, Wang J, Li Y. The Effects of Intensive Nutrition Education on Late Middle-Aged Adults with Type 2 Diabetes. Int. J. Environ. Res. Public Health 2016, 13, 897; doi:10.3390/ijerph13090897; (http://www.mdpi.com/1660-4601/13/9/897/htm)
Artikel ini ditulis oleh Chatarina Triskawardani Kusumaningrum – 41150088
No comments:
Post a Comment