Tuesday, August 29, 2017

Ringkasan Jurnal Gizi oleh Edwin Timoti

Permasalahn kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sangatlah beragam, terutama kekurangan gizi. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2010, terjadi penurunan prevalensi gizi kurang dan buruk pada anak bawah lima tahun (Balita). Namun demikian, prevalensi anak pendek (stunted) masih merupakan permasalahan yang penting sebesar 35,7% pada tahun 2010. Jadi kira-kira 1 dari 3 anak usia balita di Indonesia memiliki postur tubuh yang pendek. Disisi lain, terjadi transisi gizi yang menyebabkan perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Sehingga jumlah anak yang mengalami kelebihan gizi juga meningkat. Pendek dan gemuk merupakan masalah gizi ganda yang menurut World Bank, terjadi di beberapa negara berkembang Asia.
            Banyak hipotesis dan penelitian yang terus dikemukakan oleh para ahli, terutama di negara-negara berkembang Asia-Afrika yang mengalami permasalahan gizi ganda. Salah satu penelitian di Indonesia menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010. Sebanyak 2116 sampel data bayi dan anak-anak dibawah usia dua tahun (0-23 bulan) dari seluruh Provinsi di Indonesia digunakan sebagai referensi. Variabel yang ada dalam sample tersebut berupa status gizi anak, karakteristik sosio ekonomi (desa/kota dan tingkat pengeluaran rumah tangga), jumlah anggota rumah tangga, jumlah anak balita, tingkat pengeluaran pangan, karakteristik anak (Usia, jenis kelamin, dan berat lahir), karakteristik orang tua (pendidikan dan pekerjaan ayah dan ibu, status gizi ayah dan ibu), pola pemberian asi, kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Setelah itu, data yang ada dilakukan pembersihan untuk mengeleminasi data yang tidak lengkap.
            Sample data yang tersedia kemudian diolah dengan mengukur status gizi anak dan orang tua. Dimana status gizi anak diukur dengan mengacu pada standar World Health Organization (WHO). Sedangkan orang tua, diukur menggunakan standar antropometri gabungan dari Indeks Massa Tubuh (IMT).
            Hasil yang dari analisis menunjukan bahwa anak usia dibawah dua tahun (0-23 bulan) di indonesia, sebanyak 19,8 persen mengalami pendek-gemuk. Dimana lebih banyak yang berada di pedesaan (22,7%) dibanding perkotaan (17,7%). Dari status ekonomi memperlihatkan anak pendek-gemuk terjadi di seluruh tingkatan status ekonomi atau hampir merata. Dari segi umur, lebih banyak terjadi pada kelompok umur termuda (0-5 bulan) sebesar 27,8 %, bertambahnya umur semakin rendah proporsi kejadian pendek-gemuk. Konsumsi lemak yang cukup juga memengaruhi proporsi pendek-gemuk dibandingkan asupan lemak yang kurang. Sementara semakin tinggi tingkat pendidikan ibu dan ayah maka semakin sedikit proporsi anak pendek-gemuk. Sekitar 20,4 % ibu dengan pendidikan rendah yang anaknya mengalami pendek gemuk.
            Permasalahan gizi ganda ini menjadi isu penting bagi pemerintah Indonesia, di ketahui bahwa 2 dari 10 anak dibawah 2 tahun mengalami masalah ini. Pendek merupakan indikator dari kekurangan gizi kronis, sedangkan gemuk sebagai indikator kelebihan gizi akut. Singkatnya anak yang mengalami kedua masalah ini (masalah Gizi ganda) adalah anak yang mengalami kekurangan gizi kronik (masa lalu) dan kelebihan gizi pada masa sekarang. Penelitian menunjukan jika terjadi kekurangan gizi pada ibu selama kehamilan memengaruhi terjadinya pendek-gemuk. Jaringan metabolik seperti hipotalamus, terjadi pemrograman ulang akibat kekurangan gizi saat kehamilan ini. Proses yang terjadi di hipotalamus jika terjadi kurang tepat maka akan menghambat kontrol selera makan sehingga dapat terjadi obesitas.
            Hasil analisisi ini menyimpulkan bahwa asupan lemak yang tidak cukup dapat menjadi langkah protektif terjadinya pendek-gemuk pada usia anak dibawah dua tahun. Jadi, anak dengan asupan lemak yang cukup malahan memiliki risiko lebih besar. Selain itu, analisis ini mengemukakan bahwa ibu yang tidak sekolah dan status pendidikan rendah memiliki risiko lebih besar untuk mendapatkan anak pendek-gemuk dibandingkan ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi. Disarankan bagi anak yang sidak mengalami kegemukan untuk dapat memulai aktivitas fisik yang lebih sering dalam bentuk olahraga atau permainan.
 
 
Baca Lebih lanjut di jurnal berikut     :
 
 Nur Handayani Utami, Dwi Siska Kumala Putri dan Bunga Ch Rosa; Kejadian Pendek-Gemuk pada Anak Berusia Bawah Dua Tahun Berhubungan dengan Konsumsi Lemak dan Pendidikan Ibu. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan , Vol. 37, No. 1, Jun (2014)
 
 
 
Artikel ini ditulis oleh Edwin Timoti Japanto - 41150059

No comments:

Post a Comment

Ikutilah Jalan Orang Baik dan Orang Benar

Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Amsal 2:20 TB