Kekurangan gizi adalah permasalahan yang masih banyak terjadi dan perlu dihadapi di banyak Negara berkembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 prevalensi balita dengan tinggi badan yang kurang (pendek) masih sebesar 35,7% yang berarti 1 dari 3 balita mengalami tinggi badan yang kurang. Sementara itu juga terjadi peningkatan jumlah anak dengan gizi berlebih dikarenakan terjadinya transisi gizi, meliputi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Dalam jurnal ini yang dibahas adalah permasalahan mengenai tinggi badan yang kurang serta berat badan berlebih atau yang disebut pendek-gemuk atau gizi ganda pada bayi dan anak serta faktor-faktor yang berhubungan.
Analisis data menggunakan data Riskesdas 2010 dengan sampel bayi dan anak di bawah usia 2 tahun (0-23 bulan) dari seluruh pronpinsi di Indonesia yang memiliki data lengkap. Status gizi anak diukur menggunakan nilai z-skor mengacu pada standar WHO 2005. Anak dikategorikan pendek bila nilai z-skor TB/U <-2 SD, dikategorikan gemuk bila nilai z skor BB/TB >2 SD. Anak yang mengalami pendek dan gemuk memiliki nilai z-skor TB/U <-2 SD dan BB/TB >2 SD dari median populasi acuan untuk jenis kelamin dan kelompok umur.Sedangkan anak yang dikategorikan normal memiliki nilai z-skor menurut TB/U dan BB/TB antara -2 SD sampai 2 SD.
Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi pendek-gemuk pada anak usia 0-23 bulan di Indonesia sebesar 19,8%. Didapatkan anak pendek-gemuk lebih banyak tinggal di pedesaan (22,7%) daripada di perkotaan (17,7%). Berdasarkan status ekonomi, kejadian terendah terjadi pada kuintil teratas (15,8%). Kejadian pendek-gemuk lebih banyak terjadi pada kelompok umur termuda (0-5 bulan) (27,8%), kecenderungan lebih banyak terjadi pada anak dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah, pernah mengkonsumsi ASI. Sementara semakin tingginya pendidikan ayah dan ibu kejadian pendek gemuk semakin rendah. Hasil model akhir regresi logistik didapatkan bahwa faktor yang berhubungan secara bermakna terhadap pendek-gemuk pada anak dibawah umur 2 tahun adalah asupan lemak anak dan pendidikan ibu. Hasil perhitungan menujukkan bahwa faktor anak dengan asupan lemah yang rendah mempunyai resiko pendek gemuk sebesar 0,52 kali dan ibu yang tidak sekolah memiliki resiko 3,24 kali lebih tinggi dibanding ibu dengan pendidikan tinggi.
Beberapa teori telah diungkapkan untuk menjelaskan terjadinya pendek dan gemuk pada anak. Pendek merupakan indikator dari kekurangan gizi yang terjadi secara kronis, sedangkan kegemukan merupakan indikator dari kelebihan gizi secara akut. Pendek-gemuk berarti mengalami kekurangan gizi kronis pada masa lalu dan kelebihan gizi pada masa ini. Selain itu hipotesis Barker dan hipotesis biologis lebih berfokus pada efek janin atas adanya gangguan pertumbuhan intrauterin, yaitu hasil dari praktek peyapihan yang tidak tepat, infeksi berulang, dan praktek makan buruk, dimana semuanya dalam konteks kemiskinan.
Alasan lain atas terjadinya pendek gemuk melihat dari sisi pertumbuhan yang melambat dan respon hormonal dengan asupan makanan yang buruk yang mempengaruhi potensi pertumbuhan linier dan deposisi jaringan adiposa. Pendek gemuk ini dapat terjadi karena sejumlah alasan : 1) kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan linier, akan tetapi tidak kekurangan zat gizi esensial untuk peningkatan jaringan adipose, 2) pemrograman gizi awal yang mungkin meningkatkan efek hormonal yang memperlambat pertumbuhan linier, namun potensi peningkatan berat badan tidak terhambat.
Indikator lain adalah pendidikan ibu. Dimana pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan mengenai praktek kesehatan dan gizi anak. Selain itu tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan terhadap akses informasi yang lebih banyak. Dalam analisis juga didapatkan bahwa asupan lemak merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pendek-gemuk pada anak usia dibawah 2 tahun. Asupan lemak yang tidak cukup merupaan faktor protektif terjadinya pendek-gemuk pada anak <2 tahun. Sehingga anak dengan asupan lemak cukup memiliki resiko lebih besar untuk kejadian pendek-gemuk. Namun walaupun begitu hubungan asupan lemak dengan gemuk-pendek pada bayi dan anak masih banyak yang bertentangan sehingga perlu dikaji lebih lanjut.
Informasi tambahan
Judul artikel asli : KEJADIAN PENDEK-GEMUK PADA ANAK BERUSIA BAWAH DUA TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI LEMAK DAN PENDIDIKAN IBU
Nama Jurnal : Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of nutrition and Food Research) vol 37, No 1 (2014).
Penulis : Nur Handayani Utami, Dwi Siska Kumala Putri, Bunga Ch Rosa
Tahun terbit : 2014
Didapat dari : http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/4003
Artikel ini ditulis oleh Ester Novitasari - 41150047
No comments:
Post a Comment