Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Lynch 2011). Badan Kesehatan Dunia melaporkan bahwa pada tahun 2005 terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang (WHO 2005). Anemia pada ibu hamil di negara berkembang umumnya diduga karena kekurangan zat besi (van den Broek & Letsky 2000). Menurut definisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dl. Ibu hamil yang menderita anemia mempunyai peluang mengalami perdarahan pada saat melahirkan yang dapat berakibat pada kematian.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian adalah menganalisis faktor risiko pada ibu hamil di Indonesia baik di perdesaan maupun di perkotaan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan pengukuran oleh Tim Riskesdas dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI. Selanjutnya, kategori data penelitian terdiri atas variabel dependen (kejadian anemia pada ibu hamil) dan variabel independen (usia, tingkat pendidikan, status gizi kurang energi kronis, frekuensi kehamilan, jarak kehamilan, konsumsi tablet besi, dan ANC).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil di perkotaan (38,2%) cenderung lebih tinggi daripada perdesaan (37,9%). Prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan hasil Riskesdas 2013, dimana proporsi anemia pada ibu hamil di perkotaan sebesar 36,4% dan di perdesaan sebesar 37,8%.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa usia tidak signifikan berhubungan dengan anemia baik di perdesaan maupun di perkotaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adam et al. (2005) yang menunjukkan bahwa usia dan paritas tidka signifikan berhubungan dengan anemia. Pada variable tingkat pendidikan ibu, hasil menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak signifikan dengan anemia baik di perdesaan dan perkotaan. Hasil penelitian ini berbeda dari hasil penelitian Jin et al. (2010) yang menyebutkan bahwa prevalensi anemia lebih tinggi pada ibu yang berpendidikan rendah. Kemudian, pada frekuensi kehamilan juga tidak signifikan dengan anemia baik di perdesaan dan perkotaan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Uche Nwachi et al. 2010 dan Beard 2000 yang menyebutkan bahwa kehamilan yang berulang merupakan faktor risiko terjadinya anemia pada ibu hamil.
Hasil jarak kehamilan juga tidak signifikan dengan anemia baik di perdesaan dan di perkotaan. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Amiruddin dan Wahyuddin (2004) yang menyatakan bahwa ibu hamil yang mempunyai jarak kehamilan <2 tahun berisiko 2,3 kali terkena anemia. Begitupula, pada frekuensi konsumsi tablet besi dan frekuensi kunjungan Antenatal Care tidak signifikan dengan anemia. Sebaliknya, pada hasil status kurang energi kronik (KEK) menujukkan hasil yang signifikan baik di perdesaan maupun di perkotaan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Aminin et al. (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kekurangan energi kronik (KEK) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian anemia adalah status gizi Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan usia ibu, pendidikan ibu, jumlah kelahiran, frekuensi kehamilan, jarak kehamilan, dan antenatal care tidak berhubungan dengan anemia.
Informasi Tambahan :
Judul Artikel Asli : Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil di Indonesia (Anemia Risk Factors among Pregnant Women in Indonesia)
Nama Jurnal : Jurnal Gizi dan Pangan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2016
Penulis : Ikeu Tanziha, M. Rizal M. Damanik, Lalu Juntra Utama, Risti Rosmiati Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
Tahun Terbit : Juli 2016
ISSN 1978-1059
J. Gizi Pangan, Juli 2016, 11(2):143-152
Link Jurnal :
Artikel ini ditulis oleh Mia Florensia Tammara - 41150020
No comments:
Post a Comment