Sarapan penting bagi setiap orang untuk mengawali aktivitas sepanjang hari. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15—30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas. Sarapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang dan bermanfaat dalam mencegah hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah, dan mencegah dehidrasi setelah berpuasa sepanjang malam. Sarapan pagi dapat memberikan dampak positif terhadap kehadiran sekolah yang baik, prestasi akademik, asupan zat gizi, kebugaran dan berat badan yang sehat. Anak yang tidak sarapan akan mengalami kekurangan energi dan motivasi untuk beraktivitas selain itu kekurangan gizi dan kekurangan zat gizi mikro dapat memberikan dampak terhadap keadaan fisik, mental, kesehatan, dan menurunkan fungsi kognitif. Menurut Gibson & Gunn sarapan terbukti dapat meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak. Menurut Schusdziarra kebiasaan sarapan juga dapat membantu pengaturan berat badan bagi para penderita obesitas.
Penulis jurnal mengambil data dari Riskesdas tahun 2010 dengan subjek rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan two stages sampling, yaitu pemilihan subjek dengan dua tahap. Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dari Riskesdas 2010, termasuk data konsumsi zat gizi yang telah dihitung tim Riskedas 2010 berdasarkan Nutrisurvey. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data karakteristik individu (daerah, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status hamil), karakteristik keluarga (pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, dan pekerjaan ibu), antropometri (berat badan dan tinggi badan), konsumsi pangan (jumlah pangan, jenis pangan, dan waktu makan), status ekonomi tumah tangga (kuintil), asupan zat gizi makro dan mineral, dan asupan vitamin. Data yang diolah dan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data konsumsi sarapan anak yang diperoleh dari hasil kuesioner Riskesdas 2010. Data yang diambil berupa gram makanan dan minuman yang dikonsumsi subjek pada saat sarapan dan dikumpulkan menggunakan metode food recall 1x24 jam melalui kuesioner Riskesdas 2010. Makanan sarapan dibagi ke dalam 12 kelompok makanan berdasarkan Daftar Kode Bahan Makanan (DKBM) yang digunakan oleh Riskesdas 2010, yaitu :
1. serealia, umbi, dan olahannya;
2. kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya;
3. daging dan olahannya;
4. telur dan olahannya;
5. ikan, hasil perikanan, dan olahannya;
6. sayuran dan olahannya;
7. buah-buahan;
8. olahan susu;
9. minyak dan lemak;
10. serba serbi;
11. makanan jajanan; dan
12. minuman.
Menurut Hardinsyah, mutu gizi konsumsi pangan merupakan suatu nilai untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak, yang didasarkan pada kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan dan tingkat ketersediaan secara biologis bagi tubuh (bioavailability). Salah satu unsur lain yang penting yang memengaruhi keadaan gizi adalah latar belakang pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimilikinya akan lebih baik. Faktor tingkat pendidikan perlu dipertimbangkan untuk menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Berdasarkan kepentingan keluarga, pendidikan sangat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan dapat mengambil tindakan secepatnya sehingga terhindar dari masalah gizi lanjutan. Penghitungan mutu gizi konsumsi pangan didasarkan pada 15 zat gizi, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Sepuluh jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh subjek selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, mi instan, tahu, roti, daging ayam, dan biskuit. Sedangkan lima jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh subjek selama sarapan adalah air putih, teh, susu, kopi, dan sirup.
Sebelum dilakukan pengelompokan pangan yang dikonsumsi sebagai sarapan, data konsumsi pangan mengalami proses cleaning terlebih dahulu terhadap jenis dan berat pangan. Dari data yang terkumpul dan setelah dilakukan penghitungan, sebagian besar subjek memiliki kontribusi energi sarapan 10—20% (45.7%) dan memiliki kontribusi energi sarapan 20—26% (14.3%). Sarapan pagi idealnya harus memenuhi sebanyak 25% kebutuhan sehari. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh subjek anak Indonesia masih belum mengonsumsi sarapan sesuai dengan anjuran gizi seimbang (69.6%). Padahal sarapan bukan sekedar mengonsumsi pangan di pagi hari, tetapi seharusnya dapat memenuhi 15—30% kebutuhan zat gizi harian.
Baca lebih lanjut jurnal berikut ini :
ANALISIS JENIS, JUMLAH, DAN MUTU GIZI KONSUMSI SARAPAN ANAK INDONESIA
Fachruddin Perdana, . Hardinsyah (Download PDF Here)
Artikel ini ditulis oleh Rambat Sambudi - 41150087
No comments:
Post a Comment