Manusia mendapatkan zat gizi dalam makanan yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Apabila konsumsi zat gizi tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh seseorang dalam hal kuantitas maupun kualitasnya maka akan timbul berbagai penyakit.
Status gizi menurut Riyadi (1995:36) adalah "Keadaaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu". Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering memiliki status gizi buruk, hal ini dikarenakan anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dan sering kepengurusannya diserahkan kepada orang yang kurang mengerti akan perkembangan balita, yang nantinya akan berdampak pada asupan gizi yang kurang.
Status gizi saling berkaitan dengan asupan makanan dan terjadinya penyakit. Jika anak balita tidak mengonsumsi makanan yang mengandung berbagai macam zat-zat gizi yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh mereka, maka keadaan status gizi mereka dapat dikatakan buruk (gizi kurang) dan mudah terjangkit penyakit-penyakit berbahaya. Salah satu penyakit yang berbahaya pada masa balita adalah penyakit infeksi. Hal ini terjadi pada Desa Tanjung Tanah Kecamatan Danau Kerinci Kabupaten Kerinci. Wilayah ini tergolong sebagai wilayah dengan balita bermasalah gizi, hal ini berdasarkan ketentuan Departemen Kesehatan RI (2003) yaitu "Jika di suatu wilayah terdapat 5% yang berstatus gizi kurang dan 1% yang berstatus gizi buruk, dianggap sebagai masalah". Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 41 balita diperoleh data balita yang memiliki status gizi normal( 68,29%), status gizi kurang (24.39%) dan status gizi buruk (4,88%) serta (2,44%) berstatus gizi obesitas.
Berkaitan dengan terjadinya penyakit infeksi, anak balita Desa Tanjung Tanah Kecamatan Danau Kerinci Kabupaten Kerinci memiliki resiko tinggi terhadap gejala/penyakit ISPA dengan presentase penyakit terbanyak adalah flu disertai panas dengan suhu badan 37°C disertai batuk (73,7%). Jika kondisi ini tidak segera mendapat perhatian maka dapat menurunkan status gizi anak balita dan akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan balita. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Rachmi (2005) dalam Sari Fatimah (2008) "Penyakit Infeksi yang paling sering menyebabkan gangguan gizi dan sebaliknya adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) terutama pneumonia, tuberkolosis dan diare".
Terdapat korelasi negatif antara Status Gizi dengan Morbiditas ISPA anak balita di Desa Tanjung Tanah.Yang dimaksud dengan korelasi negatif ini adalah semakin baik status gizi anak balita maka morbiditas ISPA akan menurun dan begitu juga sebaliknya. Status gizi ini tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makanan saja tetapi juga intensitas terjadinya penyakit infeksi. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang penyakit infeksi maka akan mempengaruhi zat gizinya. Begitu juga anak yang makanannya tidak cukup baik akan menyebabkan daya tahan tubuh menjadi lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya.
Jadi, terdapat hubungan yang relevan antara status gizi, asupan makanan dan penyakit infeksi pada balita. Apabila asupan makanan baik maka status gizi balita tersebut baik yang membuat tubuh balita tersebut sehat dan terhindar dari penyakit infeksi seperti ISPA. Sebaliknya, jika asupan buruk maka status gizi akan buruk yang membuat rentan terhadap penyakit infeksi.
Baca lebih lanjut di jurnal berikut ini :
Susi Asmidayanti; Hubungan Status Gizi Dengan Morbiditas ISPA Anak Usia Balita di Desa Tanjung Tanah Kecamatan Danau Kerinci Kabupaten Kerinci. Jurnal Gizi dan Penyakit Infeksi 2012.
Link : http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/viewFile/506/426
Artikel ini ditulis oleh Putu Gede Suda Satriya Wibawa-41150049
No comments:
Post a Comment