Pemerintah Indonesia telah mengupayakan berbagai program untuk mengatasi kurang vitamin A, terutama pada anak-anak, antara lain melalui program suplementasi kapsul vitamin A untuk anak balita setiap 6 bulan, penganekaragaman makanan, dan fortifikasi. Berbagai program, khususnya suplementasi kapsul vitamin A tersebut, telah berhasil membuat Indonesia bebas dari Xeropthalmia dan menurunkan angka kematian anak. Namun, program suplementasi vitamin A juga sulit untuk dipertahankan karena suplementasi memerlukan kesinambungan pengadaan dan penyelenggaraan dan suplementasi merupakan program yang cukup mahal sehingga perlu dilakukan program lain yang bersifat jangka panjang denga harga yang terjangkau. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mempertimbangkan fortifikasi vitamin A di dalam minyak goreng karena dianggap lebih efektif daripada suplementasi.
Beberapa tahun silam program fortifikasi vitamin A pernah dilaksanakan melalui MSG, namun dihentikan karena opini negatif sebagian ilmuwan tentang promosi MSG. Oleh karena itu, minyak goreng digalakkan sebagai vehicle yang dapat membawa vitamin A dengan beberapa pertimbangan, yaitu sebagian besar masakan Indonesia menggunakan minyak goreng dan vitamin A larut dalam lemak sehingga dapat terdistribusi secara merata dalam minyak goreng. Di Amerika sendiri direkomendasikan bahwa 18 mg vitamin A (retinol palmitat atau retinol asetat) ditambahkan ke dalam 1000 gram minyak sayur.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kontribusi konsumsi minyak yang diperkaya vitamin A dalam memperbaiki status vitamin A dan hemoglobin balita. Penelitian ini dilakukan pada anak sehat berusia 7-10 tahun yang diberikan 1 dosis obat cacing berisi mebendazole sebelum intervensi dilakukan. Pengukuran serum retinol dan hemoglobin dilakukan sebelum dan 3 bulan setelah intervensi.
Efektivitas program fortifikasi minyak dengan vitamin A (minyak VITA) terhadap perubahan status vitamin A anak sekolah harus memenuhi paling tidak dua syarat, yaitu konsumsi dalam jumlah dan dalam waktu yang cukup lama untuk memperbaiki status vitamin A di dalam darah. Selain itu, asupan makanan dan penyakit infeksi merupakan dua faktor yang saling mempengaruhi dan berpengaruh terhadap status gizi anak yang diteliti secara langsung. Anak penderita kurang gizi lebih rentan sehingga lebih mudah terjadi infeksi, sebaliknya penderita penyakit infeksi lebih rentan kekurangan gizi akibat peningkatan metabolisme tubuh sehingga meningkatkan kebutuhan asupan makanan meningkat. Penurunan asupan makanan terjadi karena penurunan nafsu makan atau pada diare dan muntah sehingga terjadi pengeluaran makanan yang lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Oleh karena itu, salah satu kriteria yang ditetapkan adalah anak harus dalam keadaan sehat. Prevalensi anemia pada anak sekolah (21,7%) terihat tinggi, sehingga perlu dicermati dan ditangani secara lebih serius karena dapat mempengaruhi kualitas hidup. Selain menimbulkan berbagai keluhan yang mengganggu, juga akan berdampak terhadap perkembangan kecerdasan dan prestasi anak. Selain itu, kekurangan vitamin A sering pula dihubungkan dengan berbagai status gizi yang lain, seperti KVA dianggap faktor penyebab anemia bersama defisiensi besi, asam folat, vitamin B12 dan penyakit infeksi kronis seperti malaria.
Penelitian ini menunjukkan bahwa semua anak yang menjadi responden mempunyai kadar serum vitamin A yang rendah, dan lebih dari sepertiganya menderita KVA subklinis. Secara umum, setelah diberikan fortifikasi minyak dengan vitamin A tidak terlihat adanya perubahan status gizi pada sampel, tetapi prevalensi anemia turun dari 21,8% menjadi 11,6%. Sementara, prevalensi defisiensi vitamin A ditemukan lebih rendah pada anak yang mengonsumsi fortifikasi minyak dengan vitamin A selama 12 minggu (26,6%) daripada yang mengkonsumsi < 12 minggu (42%). Hasil tersebut dapat dijadikan pertimbangan bahwa program fortifikasi minyak dengan vitamin A mempunyai potensi besar mencegah dan menanggulangi KVA. Apabila konsumsi minyak VITA 12 minggu atau lebih lama, maka akan meningkatkan kadar vitamin A atau menurunkan angka KVA sehingga direkomendasikan agar fortifikasi minyak dengan vitamin A dapat dilaksanakan bagi anak-anak dan penduduk di Indonesia.
Baca lebih lanjut di jurnal berikut ini :
Endang Achadi, Siti Arifah, Siti Muslimatun, Trisari Anggodowati, Asih Setiarini; Efektivitas Program Fortifikasi Minyak Goreng dengan Vitamin A terhadap Status Gizi Anak Sekolah di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2010; 4 (6): 255-261. doi: http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v4i6.164
Link PDF Jurnal http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/164/165
Artikel ini ditulis oleh Velica Kressentia Yunus – 41150093
No comments:
Post a Comment