Gizi buruk merupakan masalah yang sangat sulit untuk diselesaikan. Gizi buruk merupakan suatu kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang ke luar dari tubuh. Obesitas dan kekurangan gizi merupakan masalah gizi buruk yang timbul di Negara miskin,berkembang dan maju.
Untuk mengetahui status gizi seseorang dapat dilakukan dengan penilaian langsung dan penilaian tidak langsung. Penilaian langsung dengan cara antopometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian tidak langsung dengan survei konsumsi makanan, statistik vital, faktor ekologi. Terdapat beberapa faktor yang mampu mempengaruhi status gizi yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor langsung terdiri dari konsumsi makanan dan infeksi. Konsumsi makanan sangat berperan penting dalam status gizi seseorang. Hal ini erat kaitannya dengan status ekenomi, terbukti dengan masalah status gizi di Negara maju dan Negara miskin. Pada Negara maju masalah yang timbul berupa kelebihan gizi (obesitas) sedangkan pada Negara miskin kekurangan gizi. Infeksi juga menjadi faktor langsung yang mempengaruhi status gizi seseorang.di Negara berkembang dan miskin, penyakit infeksi masih menjadi penyakit unggulan. Salah satu contoh penyakit adalah diare, jika seseorang menderita diare tentu akan banyak cairan tubuh yang keluar dan ini tentu mempengaruhi keseimbangan jumah energi. Infeksi juga erat kaitannya dengan daya tahan tubuh seseorang, jika seseorang memiliki daya tahan tubuh yang rendah tentu akan beresiko terkena infeksi. Konsumsi makanan sangat penting bagi daya tahan tubuh manusia. Disini terlihat jelas ada keterkaitan antara konsumsi makanan dan infeksi.
Faktor tidak langsung terdiri dari tingkat pendapatan, pengetahuan, sanitasi. Tingkat pendapatan atau status ekonomi menjadi faktor tidak langsung hal ini terkait konsumsi makanan yang sudah dijelaskan diatas. Tingkat pengetahuan masing masing orang tentu berbeda. Tingkat pengetahuan sangat berperan penting dalam kesadaran untuk mengatur konsumsi makanan, pola hidup bersih sehat, aktivitas fisik. Jika tingkat pengetahuan seseorang rendah tentu kesadaran juga akan rendah. Sanitasi juga menjadi faktor bagi status gizi karena jika sanitasi buruk tentu akan menjadi resiko terjadinya penyakit infeksi yang nanti berdampak buruk bagi status gizi.
Negara miskin, Negara berkembang, dan Negara maju memiliki masalah status gizi yang berbeda. Negara miskin memiliki masalah kekurangan gizi terutama pada anak-anak dan remaja. Akibatnya pertumbuhan dan perkembangan ikut terganggu. Negara berkembang memiliki masalah kekurangan gizi. Namun ada beberapa Negara yang mengalami beban ganda masalah, artinya disuatu Negara memiliki masalah kekurangan gizi dan kelebihan gizi pada saat yang bersamaan. Negara maju memiliki masalah kelebihan gizi.
Dari masalah masalah tersebut tentu harus ada kebijakan gizi yang mampu membantu mengatasi masalah status gizi. Dalam kesempatan ini saya memiliki 2 narasumber WNI dan 2 narasumber WNA yang memiliki pendapat tentang kebijakan gizi apa yang mendesak untuk dibuat. Keempat narasumber saya kebetulan dari Negara yang berkembang yaitu Filipina dan Indonesia. Jadi secara keseluruhan pendapat keempat narasumber hampir sama dan lebih berfokus pada masalah kesehatan di Negara berkembang.
Kebijakan yang pertama adalah mengenai perluasan lapangan kerja. Hal ini kaitannya dengan status ekonomi. Jika masyarakat memiliki pekerjaan dengan gaji baik tentu akan berdampak baik, terutama dari konsumsi makanan. Dengan gaji yang cukup masyarakat mampu memilih makanan sehat yang akan dikonsumsi setiap harinya. Hal ini tentu masih sangat sulit, terutama di indonesa yang Negara terdiri dari kepulauan, sehingga bagi masyarakat yang dipelosok lapangan pekerjaan kurang diperhatikan.
Kebijakan kedua mengenai peningkatan pengetahuan tentang status gizi. Meningkatan pengetahuan bisa dengan cara bekerja sama dengan lembaga kesehatan. Tentunya lembaga kesehatan nanti diharapkan mampu memberikan program untuk meningkatkan pengetahuan seperti, dengan rutin mengadakan penyuluhan mengenai gizi, melatih kader untuk memantau daerah yang ditinggali, dan program program lain yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan.
Kebijakan ketiga yaitu Pola Hidup Bersih Sehat. Program ini sebenarnya sudah berjalan di Indonesia. Kebijakan ini sendiri memiliki lanjutan, lanjutan programnya yaitu GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). GERMAS terdiri dari pemeriksaan kesehatan rutin, aktivitas fisik, dan mengkonsumsi buah dan sayur. Program ini sangat baik untuk skrining, preventif, dan promotif.
Kebijakan keempat mengenai pemberian gizi yang baik sejak dini. Pemberian ASI, Makanan pendamping, Vit A, folat, besi, imunisasi harus selalu dipantau. Hal ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jika sejak awal daya tahan tubuh sudah terbentuk kuat maka resiko terkena penyakit infeksi yang mampu mempengaruhi status gizi akan berkurang.
Untuk mengatasi masalah gizi memang sangat rumit, karena menyangkut banyak faktor. Jika hanya lembaga kesehatan yang bergerak tentu akan sangat kesulitan, harus ada kerja sama lintas sector dalam rangka tercapainya status gizi seimbang.
Narasumber :
dr. Pamela Actinina
dr. Rani Oktaviani
dr. Gerard Balandres
dr. Fani Maryan
Artikel ini ditulis oleh : Toni Salvatio S.
No comments:
Post a Comment