Tanggal 25 Januari 2017 yang lalu, Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional yang ke-57. Tema Workshop Nasional yang diselenggarakan adalah Peningkatan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat. Tema ini diambil sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Pertanyaannya, mengapa konsumsi sayur dan buah perlu ditingkatkan ? Mengapa kampanye gerakan masyarakat hidup sehat harus digalakan ? dan Mengapa masalah gizi adalah masalah yang penting untuk dibicarakan ? Mari kita cari tahu jawabannya.
Buah dan sayur merupakan sumber vitamin yaitu salah satu dari unsur gizi selain karbohidrat, lemak dan protein. Status gizi yang baik memegang peranan penting sebagai salah satu penentu keberhasilan pembangunan kesehatan dan membantu pembangunan nasional secara keseluruhan. Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa yang akan datang seperti bayi dengan berat badan lahir rendah, balita dengan gagal tumbuh, pendek, kurus atau mengalami obesitas dimana hal tersebut dapat mengganggu daya tahan tubuh, konsentrasi, kognitif dan dapat menghambat proses belajar anak sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas di masa dewasa. Asupan gizi yang tidak seimbang pada awal kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes tipe II, stroke, penyakit jantung, hiperkolesretol dan lain-lain. Penyebab masalah gizi saling berkaitan antara satu dan lainnya, diantaranya adalah rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktek pemberian makanan dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih. Untuk mencari tahu pendapat tenaga kesehatan mengenai masalah gizi dan kebijakan yang perlu dibuat, telah dilakukan wawancara singkat terhadap beberapa narasumber. Beberapa narasumber dengan latar belakang tenaga kesehatan dari dalam dan luar negeri menyebutkan bahwa untuk mengatasi masalah gizi diperlukan kebijakan dalam hal perbaikan gizi dengan pemberian makanan tambahan, sosialisasi makanan yang sehat dan seimbang dan upaya untuk menjaga ketahanan pangan. Salah seorang tenaga kesehatan yang sedang bertugas di daerah timur Indonesia mengatakan bahwa kesadaran orangtua dalam memberikan makanan yang sehat dan seimbang masih kurang padahal sumber pangan yang tersedia sangat mencukupi. Masalah yang sama juga utarakan oleh salah seorang narasumber yang berasal dari India, untuk mengatasi masalah gizi, diberlakukan kebijakan mengenai pemberian makanan tambahan kepada anak sekolah pada siang hari dan pemberian asam folat serta zat besi pada ibu hamil. Narasumber lainnya yang bertugas di Afrika Selatan memberikan contoh bahwa di negara tersebut terdapat kebijakan untuk menjaga keamanan pangan, memberikan edukasi mengenai gizi yang baik, peningkatan investasi dibidang agrikultur untuk meningkatkan kesediaan pangan dan manajemen untuk keamanan makanan, semuanya itu dilakukan agar menjaga kesediaan pangan dan meningkatkan asupan gizi pada masyarakat luas.
Penanganan gizi menjadi salah satu strategi sebuah bangsa dalam menciptakan SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Upaya dalam peningkatan SDM yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak-anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik karena anak merupakan generasi penerus bangsa.
Pemerintah terus berupaya meningkatkan status gizi masyarakat, sehingga hal ini menjadi fokus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan. Sasaran global tahun 2025 disepakati dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional antara lain menurunkan proporsi anak balita yang pendek (stunting) sebesar 40%; menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) < 5%; menurunkan anak yang lahir berat badan rendah (BBLR) sebesar 30%; tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih; menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50%; dan meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan lebih kurang 50%.
Untuk mencapai sasaran global tersebut, pemerintah Indonesia melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Kementerian Kesehatan memfokuskan 4 program prioritas yaitu, percepatan penurunan kematian ibu dan bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Selanjutnya dalam rangka percepatan perbaikan gizi, pemerintah telah mengeluarkan peraturan presiden nomor 42 tahun 2013 tantang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Gerakan ini mengedepankan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK.
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dianggap menjadi intervensi yang tepat dalam percepatan perbaikan gizi yang berfokus pada 1000 HPK, seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang berfokus pada 1000 HPK. PMT yang dihasilkan adalah berupa makanan tambahan pabrikan, yang lebih praktis dan lebih terjamin komposisi zat gizinya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan status gizi balita kurus.
Untuk mencapai gizi seimbang, kita dapat mulai dari diri kita sendiri. Dengan hidup sehat dan memperhatikan asupan gizi yang seimbang kita akan menjadi lebih produktif dan dapat beraktivitas dengan baik, bekerja dengan giat dan menggapai cita-cita kita. Untuk generasi 90'an, masih ingat dengan Slogan Empat Sehat Lima Sempurna yang sering kita dengar saat kita masih kecil. Slogan ini sekarang telah diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang. Dalam Pedoman Gizi Seimbang terdapat sepuluh pesan yaitu syukuri dan nikmati keanekaragaman makanan, konsumsi lauk pauk berprotein tinggi, konsumsi aneka ragam sayur dan buah, konsumsi aneka ragam makanan sumber karbohidrat, batasi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak tinggi, biasakan sarapan, minum air putih yang cukup dan aman, biasakan membaca label pada kemasan, cucilah tangan sebelum makan dan olahraga teratur. Mari kita praktikan dan giatkan 10 pesan Pedoman Gizi Seimbang. Hidup sehat dimulai dari diri kita.
Sumber : www.depkes.go.id
Narasumber : Dr. John Paul Wijnberg, Dr. Pranav Trivedi, Dr. Brianata Susanto, Dr. Theresia Dita Chrisdianudya
Artikel ini ditulis oleh Fransiska Theresia Meivy Babang / 42160047
No comments:
Post a Comment