Pada umumnya usia 1-2 tahun pertama kehidupan akan menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari. Kekurangan gizi khususnya kekurangan energi protein (KEP) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi gizi kurang sudah menurun namun prevalensi balita kurus masih tinggi. Gizi kurang disebabkan oleh asupan makanan yangh kurang baik secara kualitas dan kuantitas. Hal ini akan menyebabkan gangguan pertumbungan dan perkembangan, khusus pada perkembangan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi otak karena pertumbuhan sel otak berlangsung sampai usia 3 tahun.
Bila anak usia di bawah 2 tahun mengalami kekurangan gizi maka akan menyebabkan sel otak berkurang 15% - 20% yang mengakitkan kualitas otak yang tidak maksimal yaitu berkisar antara 80% - 85%.
Penelitian dengan desain cross sectional dilakukan di 24 Posyandu di Kabupaten Bandung dengan subjek 300 anak usia 1 - 2 tahun. Penimbangan berat adan dengan menggunakan timbangan Seca portable dan pengukuran panjang badan subjek menggunakan harpeden infantometer. Penilaian status gizi menggunakan baku WHO CGS 2006 yaitu berat badan terhadap panjang badan (BB/TB), dan penilaian perkembangan menggunakan metode KPSP dengan menilai empat aspek perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji chi-square.
Dari hasil yang didapatkan tidak ada hubungan antara perkembangan dan status gizi. Dalam data statistik hanya ada hubungan bermakna antara perkembangan dan usia.
Pada usia 1-2 tahun, sebagian besar anak masih mendapat perhatian dari ibunya mengenai makanannya, dan masih meminum ASI sehingga perkembangan termasuk dalam katagori meragukan belum ada perkembangan dengan katagori penyimpangan. Penelitian proboningsih dkk dalam konteks yang sama di Porong - Sidoarjo juga tidak mendapatkan hubungan antara status gizi dan perkembangan anak. Berdasarkan kuesioner ditemukan adanya perkembangan yang meragukan pada motorik kasar 6,17% kemudian bicara dan bahasa 4,54%, namun tidak berhubungan dengan status gizi anak. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu pendidikan orang tua tentang paham atau tidaknya cara mengasuh anak yang baik dan status ekonomi terutama dalam menyediakan fasilitas bagi anak.
Saat ini diperlukan upaya menyeluruh untuk menjaga tumbuh kembang anak sedini mungkin sejak dalam kandungan sampai usia lima tahun dan masih perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perkembangan anak terutama saat anak masih di bawah 2 tahun.
Baca lebih lanjut di jurnal berikut ini :
Gladys Gunawan, Eddy Fadlyana, Kusnandi Rusmil; Hubungan status gizi dan perkembangan anak usia 1–2 tahun. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011
Link PDF Jurnal : https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/471/409
Artikel ini ditulis oleh Dimas Satrio Wicaksono - 41150084
Bila anak usia di bawah 2 tahun mengalami kekurangan gizi maka akan menyebabkan sel otak berkurang 15% - 20% yang mengakitkan kualitas otak yang tidak maksimal yaitu berkisar antara 80% - 85%.
Penelitian dengan desain cross sectional dilakukan di 24 Posyandu di Kabupaten Bandung dengan subjek 300 anak usia 1 - 2 tahun. Penimbangan berat adan dengan menggunakan timbangan Seca portable dan pengukuran panjang badan subjek menggunakan harpeden infantometer. Penilaian status gizi menggunakan baku WHO CGS 2006 yaitu berat badan terhadap panjang badan (BB/TB), dan penilaian perkembangan menggunakan metode KPSP dengan menilai empat aspek perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji chi-square.
Dari hasil yang didapatkan tidak ada hubungan antara perkembangan dan status gizi. Dalam data statistik hanya ada hubungan bermakna antara perkembangan dan usia.
Pada usia 1-2 tahun, sebagian besar anak masih mendapat perhatian dari ibunya mengenai makanannya, dan masih meminum ASI sehingga perkembangan termasuk dalam katagori meragukan belum ada perkembangan dengan katagori penyimpangan. Penelitian proboningsih dkk dalam konteks yang sama di Porong - Sidoarjo juga tidak mendapatkan hubungan antara status gizi dan perkembangan anak. Berdasarkan kuesioner ditemukan adanya perkembangan yang meragukan pada motorik kasar 6,17% kemudian bicara dan bahasa 4,54%, namun tidak berhubungan dengan status gizi anak. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu pendidikan orang tua tentang paham atau tidaknya cara mengasuh anak yang baik dan status ekonomi terutama dalam menyediakan fasilitas bagi anak.
Saat ini diperlukan upaya menyeluruh untuk menjaga tumbuh kembang anak sedini mungkin sejak dalam kandungan sampai usia lima tahun dan masih perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perkembangan anak terutama saat anak masih di bawah 2 tahun.
Baca lebih lanjut di jurnal berikut ini :
Gladys Gunawan, Eddy Fadlyana, Kusnandi Rusmil; Hubungan status gizi dan perkembangan anak usia 1–2 tahun. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011
Link PDF Jurnal : https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/471/409
Artikel ini ditulis oleh Dimas Satrio Wicaksono - 41150084
No comments:
Post a Comment