Thursday, August 31, 2017
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Corvi Atria
Pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengaruh terhadap status gizi ibu menyusui dan tumbuh kembang bayi. Ibu menyusui membutuhkan tambahan energi sebesar 800 kkal yaitu 600 kkal untuk ibu menyusui dan 200 kkal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Selama menyusui ibu dianjurkan meningkatkan asupan energi, protein, kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin serta mineral untuk mencukupi kebutuhan zat gizi saat menyusui.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa status gizi selama menyusui juga memberikan dampak berarti yaitu menurunkan berat badan karena ibu mengeluarkan energi yang besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu, keberagaman jenis makanan, dan kecukupan gizi
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa adanya hubungan antara keberagaman jenis makanan dengan status gizi ibu menyusui dan ada hubungan pantangan makanan dengan starus gizi pada ibu menyusui di Kota Semarang .
Informasi tambahan:
HUBUNGAN KEBERAGAMAN JENIS MAKANAN dan KECUKUPAN GIZI DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) PADA IBU MENYUSUI DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUDU KOTA SEMARANG TAHUN 2016
Syifa Fauzia, Dina Rahayuning P , Laksmi Widajanti
Mahasiswa Peminatan Gizi FKM UNDIP
Dosen Bagian Gizi FKM UNDIP
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) volume 4, nomor 3, April 2016.
https://media.neliti.com/media/publications/18566-ID-hubungan-keberagaman-jenis-makanan-dan-kecukupan-gizi-dengan-indeks-massa-tubuh.pdf
Artikel ini ditulis oleh Corvi Atria 41150076
Wednesday, August 30, 2017
Komposisi dan Nilai Gizi BonCabe sambal tabur level 10 rasa original oleh Ester Novitasari
Tuesday, August 29, 2017
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Natasha Chanellia
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Brahmastra Megasakti
Asupan nutrisi yang buruk karena pemberian makan yang tidak baik merupakan faktor resiko utama malnutrisi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kausa faktor resiko di Pakistan menunjukkan bahwa konsumsi makanan dengan nutrisi yang rendah menjadi penyebab utama. Praktik tradisional dan kepercayaan sosiokultural menyebabkan tatalaksana dini malnutrisi dan secara signifikan berkontribusi terhadap peningkatan rasio mortalitas anak-anak di bawah 5 tahun. Studi di Turki menunjukkan bahwa pemberian ASI pada bayi perempuan sering kali tidak mencapai target pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, hal ini berangkat dari persepsi sosiokultural bahwa bayi perempuan tidak memerlukan asupan ASI sebanyak bayi laki-laki karena anak laki-laki harus lebih kuat daripada anak perempuan.
Metode penelitian dilakukan dengan pemberian kuesioner dengan subjek wanita/ibu dengan rentang usia 18 hingga 45 tahun yang memiliki anak usia di bawah 5 tahun. Variabel kunci yang digunakan termasuk pembuatan keputusan, kondisi tempat tinggal, pola pemberian makan, status vaksinasi, dan persepsi sosiokultural. Persepsi sosiokultural dalam komunitas tersebut berangkat pada pembuat keputusan di rumah. Data terbanyak menunjukkan bahwa figur ayah menjadi penentu keputusan lebih besar dari figur ibu. Asupan kolostrum pada bayi juga sering terabaikan karena masih banyak keluarga yang berasumsi bahwa ASI tidak cukup segar dan membahayakan untuk bayi sehingga menggantinya dengan asupan makanan tradisional seperti "ghutti".
Kesimpulan hasil menunjukkan bahwa persepsi sosiokultural masih memiliki pengaruh signifikan pada status gizi anak di bawah usia 5 tahun. Berdasarkan temuan tersebut, kesadaran mengenai malnutrisi sangat perlu ditingkatkan di antara para orangtua, terutama pada wanita pada usia kehamilan; pentingnya antenatal care; diet pada masa kehamilan; pemberian ASI segera pasca lahiran dan ASI eksklusif selama 6 bulan; pentingnya vaksinasi; dan kebersihan lingkungan.
Khattak UK, Iqbal SP, Ghazanfar H; Role of sociocultural perceptions in malnutrition of children under the age of 5 years in a semi-urban community of Pakistan.; Shifa College of Medicine, Islamabad, Pakistan. 2017. (full text here)
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Bagus Anggawaisna
Remaja di Indonesia memiliki tingkat kepahaman tentang menstruasi yang rendah. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi dari sebesar 64 juta remaja putri di Indonesia hanya 15,3% yang mengerti tentang masalah gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi yang banyak ditemui adalah permasalahan siklus menstruasi. Siklus menstruasi terjadi selama 28 hari sedangkan siklus menstruasi yang normal terjadi sekitar 21-35 hari. Gangguan siklus mentruasi meliputi polimenorrhea (<20 hari), oligomenorrhea (>35 hari), dan amenorrhea (>3 bulan). Perbedaan siklus menstruasi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya status gizi, asupan makanan, umur, aktivitas fisik, penyakit reproduksi, pengaruh rokok, dan juga stress. Status gizi sangat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia dan status gizi juga mempengaruhi siklus menstruasi seseorang. Wanita yang memiliki status gizi yang kurang lebih beresiko mengalami menstruasi yang tidak teratus sebanyak 66,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecukupan gizi makro, status gizi, dan stress dengan siklus menstruasi pada remaja SMA Negeri 21 Jakarta pada tahun 2016.
Populasi yang diambil adalah remaja putri di SMA Negeri 21 Jakarta kelas X dan XI dengan jumlah populasi sebesar 319 orang. Penelitian ini menggunakan teknik proportionate random sampling, yang kemudian dapat diperoleh sampel sebesar 90 orang. Variabel yang diteliti meliputi siklus menstruasi, kecukupan zat gizi makro, status gizi, dan stress. Zat gizi makro meliputi kecukupan karbohidrat, protein, dan lemak. Metode yang dilakukan dengan wawancara dan kemudian data yang didapat dibandingkan serta dirata-rata dengan angka kecukupan gizi (AKG) sesuai dengan usia responden. Asupan gizi dinilai baik apabila memenuhi 80-100% dari AKG dan tidak baik apabila <80% atau >110% dari AKG. Data antropometri diperoleh dengan cara pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak Tanita dengan kapasitas 136 kg dan tingkat keakuratan 0,1 kg sementara pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dengan kapasitas 200 cm dan keakuratan 0,1 cm. Data siklus menstruasi diperoleh dari waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus menstruasi dicatat pada kuesioner menstruasi dilihat berdasarkan 3 bulan terakhir yaitu bulan Maret, April, dan Mei. Setiap responden mengisi tanggal menstruasi saat ini sampai tanggal selesainya menstruasi periode berikutnya hingga diperoleh data 2 siklus menstruasi responden.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kecukupan asupan karbohidrat tidak memiliki presentase yang tertinggi yaitu sebesar 83,2% dan sebanyak 61,5% responden dengan kecukupan karbohidrat yang tidak baik otomatis juga memiliki siklus menstruasi yang tidak normal. Kecukupan asupan protein tidak baik memiliki persentase tertinggi yaitu 65%. Sebagian besar responden dengan kecukupan asupan protein tidak baik mengalami siklus menstruasi tidak normal dengan persentase 53%. Sementara pada kecukupan asupan lemak, presentase tertinggi terdapat pada asupan lemak tidak baik yaitu 56,6% dan rata-rata responden dengan asupan lemak tidak baik mengalami siklus menstruasi tidak normal yaitu 47%. Sebagian besar responden (73,5%) memiliki status gizi normal dan 22% responden mengalami status gizi lebih. Siklus menstruasi tidak normal memiliki persentase yang tinggi pada status gizi normal (43,4%) dan pada status gizi lebih (25,3%). . Sebanyak 71,1% responden mengalami stres dan 57,8% responden yang mengalami stres memiliki siklus menstruasi yang tidak normal.
Informasi yang dapat di ambil dari penelitian yaitu adanya hubungan yang signifikan antara kecukupan asupan protein dengan siklus menstruasi, terdapat risiko sebesar 5,42 kali mengalami gangguan siklus menstruasi pada responden yang memiliki kecukupan asupan protein tidak baik. Kecukupan asupan protein rendah disebabkan oleh pola makan responden yang tidak teratur, sering mengonsumsi hidangan sepinggan yaitu hidangan tersebut mengandung sumber protein yang rendah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kecukupan asupan lemak berhubungan dengan siklus menstruasi. Responden dengan kecukupan asupan lemak tidak baik berisiko 4,88 kali mengalami gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan responden yang memiliki kecukupan asupan lemak baik. Berdasarkan hasil food recall 3x24 jam, sebagian besar responden mengkonsumsi hidangan yang digoreng (50,2%) dan ditumis (49,7%). Kandungan lemak trans pada makanan digoreng dapat mempengaruhi siklus menstruasi.
Asupan rendah lemak akan menyebabkan tiga efek utama yaitu siklus menstruasi memanjang dan meningkat rata-rata 1,3 hari; lamanya waktu menstruasi meningkat rata-rata 0,5 hari; dan fase folikuler meningkat rata-rata 0,9 hari. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh status gizi berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi. Pada responden dengan status gizi tidak normal berisiko 14,58 kali mengalami siklus menstruasi tidak normal dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi normal. Gizi lebih pada remaja putri dapat menyebabkan gangguan menstruasi, sedangkan remaja perempuan yang mempunyai status gizi kurus sekali akan mengalami hambatan dengan menstruasinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, stres berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi. Pada responden yang mengalami stres terdapat risiko 7,27 kali gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stres. Siswi dengan stres tinggi memiliki risiko yang signifikan (1,91 kali) mengalami durasi menstruasi lebih dari 7 hari (25). Berdasarkan hasil wawancara, faktor penyebab stres terbanyak (63,2%) pada responden disebabkan karena adanya school stress.
Pemenuhan kecukupan zat gizi makro, status gizi, dan stress adalah hal yang penting dan memiliki keterkaitan dengan siklus menstruasi remaja. Agar siklus menstruasi dapat berjalan normal, remaja putri harus memperhatikan kecukupan zat gizi dengan memakan makanan yang bergizi seimbang dan juga mengurangi stress dengan mengurangi beban pikiran serta istirahat yang cukup. Remaja juga diharapkan dapat mencatat siklus menstruasi setiap bulannya agar dapat mengetahui siklus menstruasi normal atau tidak.
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Nigel Boeky
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Alexander Mahesa
Autism spectrum disorder (ASD) atau yang biasa orang bilang autis merupakan suatu gangguan perkembangan saraf yang biasanya terjadi / didiagnosis pada anak dibawah usia 3 tahun. Kelainan autis ini biasa yang di tandai dengan gangguan dalam melakuan interaksi sosial dengan orang lain. Selain itu biasanya anak autis sangat sering dalam menyendiri dan memiliki kecenderungan terhadap berbagai jenis kegiatan dan kesenangan yang repetitive. Penyebab autism sendiri idiopatik , namun biasanya ada hubungannya dengan genetik. Di Indonesia sendiri menurut data , di tahun 2003 angka kejadian autism mencapai 152 per 10000 anak . Untuk meringankan autism sendiri dapat dilakukan dengan mengatur pola dan pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi. Penderita Autism harus menjauhi makanan hasil olahan yang mengadung gluten dan kasien . Gluten sendiri merupakan jenis protein yang terdapat pada gandum , oats , barley dan derivatnya. Sedangkan Kasein , merupakan suatu protein yang terdapat pada susu hewani. Jadi jika penyandang autisme mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gluten atau kasein , maka bahan – bahan tersebut akan mengganggu sistem pencernaan mereka dan membuat mereka menjadi menderita.
Sebagian besar anak autism di Indonesia mempunyai masalah gizi yaitu mempunyai status gizi yang kurang. Penyebabnya sendiri sebagian besar karena orang tua yang kurang pengetahuan mengenai autism itu sendiri termasuk progam terapi dan asupan nutrisi bagi anak autism . Selain itu hubungan orang tua terhadap anak autism sangat berpegaruh terhadap perilaku dan pertumbuhan anak autism itu sendiri . Orang tua mau tidak mau harus membagi waktu antara karir dengan waktu untuk menemani anak mereka, karena menurut hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua yang memiliki anak autism sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Maka dari itu membesarkan anak autis mempunyai efek yang signifikan terhadap karir orang tua, namun orang tua diharapkan mengerti betul akan kebutuhan anak adalah yang paling utama.
Informasi lebih lengkap mengenai jurnal ini dapat dilihat pada :
JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA
135 Vol. 8, No. 3, Januari 2012: 135-143
Pengetahuan dan sikap orang tua hubungannya dengan pola konsumsi dan status gizi anak autis
Published by Maria Martiani, Elisabeth Siti Herini, Martalena Br Purba
Artikel ini ditulis oleh Alexander Mahesa - 41150024
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Prayana Banjarnahor
Dewasa ini, banyak permasalahan kesehatan dan gizi di Indonesia khususnya pada bayi. Hal ini dibuktikan dengan tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (Berat Badan/Umur) pada balita di Indonesia yakni 17.90% . Volume produksi Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif dimana volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh asupan gizi yang diperoleh ibu. Kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih besar dibanding ibu hamil yaitu penambahan energi (500 kkal pada enam bulan pertama dan 400 kkal pada bulan selanjutnya), protein (20 gram), dan konsumsi makanan sumber zat besi serta air yang cukup.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek dari asupan vitamin A dengan volume ASI ibu nifas. Metode yang digunakan adalah cross sectional dan melibatkan subjek penelitian sebanyak 30 ibu nifas(umur 20-35 tahun) di Desa Ciherang, Sukawening, Dramaga, Sinarsari, dan Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, pada bulan April hingga Mei 2013.
Dari penelitan ini didapatkan data sebanyak 93.30% subjek pernah mengonsumsi pangan yang mengandung vitamin A yaitu wortel dan bayam selama masa nifas. Rata-rata frekuensi konsumsi wortel lebih tinggi dibanding bayam. Rata-rata frekuensi wortel 2.80±1.20 kali/minggu dengan frekuensi konsumsi terbanyak tujuh kali/minggu, sedangkan rata-rata frekuensi konsumsi sayur bayam 2.50±1.00 kali/ minggu dengan frekuensi konsumsi terbanyak empat kali/minggu. Jenis pangan hewani sumber vitamin A yang dikonsumsi subjek yaitu daging ayam, telur ayam, susu bubuk, dan susu kental manis. Sebanyak 86.70% subjek mengonsumsi daging ayam dengan frekuensi konsumsi 2.00±1.50 kali/minggu. Seluruh subjek dalam penelitian ini sudah mengonsumsi dua kapsul vitamin A. Total asupan vitamin A dari kapsul sebesar 400 000 SI (120 000 RE). Sebanyak 80.00% subjek memiliki produksi ASI yang cukup bagi bayinya, sisanya (20.00%) kurang. Kecukupan produksi ASI ini dibantu oleh asupan vitamin A.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin A dari pangan yang mengandung vitamin A maupun pangan sumber vitamin A saja dengan produksi ASI. Hal ini berarti semakin tinggi konsumsi pangan sumber vitamin A, maka produksi ASI juga akan semakin tercukupi. Selain itu, konsumsi pangan yang memiliki kandungan Vitamin A sedikit tetapi dikonsumsi dalam jumlah banyak juga dapat mempengaruhi kecukupan produksi ASI. Hal ini karena vitamin A berfungsi dalam membantu produksi steroid. Steroid dan vitamin A berperan merangsang poliferasi epitel alveolus sehingga akan terbentuk alveolus yang baru dan terjadi peningkatan jumlah alveolus dalam kelenjar susu.
Informasi Tambahan
Judul Jurnal : KAITAN ASUPAN VITAMIN A DENGAN PRODUKSI AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS (Association between Vitamin A Intake with Breast Milk Production on Postpartum Mothers)
Nama Jurnal : Jurnal Gizi dan Pangan, Volume 8, Nomor 2 : 83-88 (ISSN 1978 – 1059)
Penulis : Bibi Ahmad Chahyanto dan Katrin Roosita
Tahun Terbit : Juli 2013
Link : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/7685/5952
Artikel ini ditulis oleh Prayana Nessie Laveda Banjarnahor - 41150058
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Edwin Timoti
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Tiva Prabowo
Ringkasan Jurnal Gizi oleh Tiva Prabowo
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan populasi mikrobiota saluran cerna antara kelompok anak yang memiliki tinggi badan normal dan anak pendek (stunting) di Sekolah Dasar di Kabupaten Lombok Barat menggunakan desain penelitian comparative. Data penelitian meliputi pengukuran tinggi badan menurut umur dan analisa mikrobiota usus dari contoh feses.
Stunting atau pendek merupakan salah satu masalah di Indonesia mengenai kondisi status gizi berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur dengan nilai z-score <-2 standar deviasi dibandingkan dengan populasi standar. Stunting merupakan masalah gizi yang cukup serius karena merupakan penyakit gizi kronis dan memiliki dampak yang negatif seperti menurunkan prestasi belajar. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, infeksi penyakit, imunisasi, serta asupan gizi yang kurang.
Sanitasi yang buruk akan menyebabkan masalah penyakit dan infeksi di saluran cerna atau yang dinamakan environmental enteric dysfunction dan salah satu penyakit yang timbul akibat sanitasi yang buruk adalah diare. Diare memiliki peranan dalam kejadian stunting, yaitu anak yang mengalami stunting mempunyai episode kejadian diare yang sering.
Diare dikaitkan dengan keadaan mikrobiota di dalam usus manusia. Mikrobiota saluran cerna pada anak berbeda-beda komposisinya tergantung dari status gizinya. Semakin buruk status gizi seorang anak, maka komposisi mikrobiota yang ada di dalam saluran cerna lebih banyak mikrobiota patogen daripada bakteri probiotik. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa anak stunting, mikrobiota saluran cernanya kaya akan bakteri inflammogenic. Komposisi bakteri patogen yang banyak menyebabkan inflamasi dan malabsorbsi zat gizi, sehingga hal inilah yang menyebabkan terjadinya kondisi stunting pada anak.
Judul : Keadaan Mikrobiota Saluran Cerna Pada Anak Sekolah Dasar yang Mengalami Stunting di Lombok Barat
Nama jurnal : Jurnal Gizi Pangan, Maret 2017, 12(1):55-60
ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920, Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Penulis : Siti Helmyati1*, Endri Yuliati1 , Setyo Utami Wisnusanti2 , Risnhukathulistiwi Maghribi2 , Mohammad Juffrie3. 1) Bagian Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, 2) Minat Gizi Kesehatan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, 3) Bagian Kesehatan Anak, RSUP Dr. Sardjito / Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281
Link : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/index
- Artikel ini ditulis oleh Tiva Ismadyanti C. P – 41150035
Ikutilah Jalan Orang Baik dan Orang Benar
Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Amsal 2:20 TB
-
Floridina Florida Orange 360 ml BPOM RI MD 266610014062 Bersertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia Kocok dahulu sebelum diminu...
-
Sari Gandum Sandwich berat bersih 39 gram Diproduksi oleh PT MAYORA INDAH Tbk, Tanggerang 15135, Indonesia Per sajian (39g) : En...
-
Qtela singkong Rasa Original berat bersih 60g. Diproduksi oleh PT Indofood Fritolay Makmur Tangerang 15117 – Indonesia Qtela singk...
-
Oishi Pillows isi Cokat Berat Bersih: 120g Diproduksi oleh PT. Liwayway, Bekasi 17831 – Indonesia Ta...
-
Minuman Teh Pucuk Harum Isi Bersih 350 ml. Diproduksi oleh PT Tirta Fresindo Jaya, Bogor 16730, Indonesia. Minuman Teh Pucuk Harum menye...
-
Oishi Sponge Crunch Chocolate Olahan Berat Bersih: 120g Diproduksi oleh PT. Liwayway, Bekasi 17831 – Indonesia Per 30g: Energi ...
-
Hi there How would you like to earn a 35% commission for each sale for life by selling SEO services Every website owner requires the ...